1. Tugu Pahlawan Tak dikenal
Sebuah tugu dengan taman yang indah ini terletak tak jauh
dari objek Wisata Jam Gadang. Tugu yang dibangun untuk mengenang jasa para
pahlawan yang tidak bisa dikenal dalam menentang kolonialisme Belanda pada
tanggal 5 juni 1905. Peletakan batu pertama tugu ini dilakukan pada tanggal 15
Juni 1963 oleh A.H. Nasution. Tugu karya seniman bernama Hoerijah Adam ini
kemudian diresmikan pada tahun 1965.
Awalnya tugu
berbentuk ornamen lingkaran ular naga besar ini memiliki patung seorang pemuda
di atasnya yang memegang bendera. Namun karena tersambar petir, patung kemudian
diganti namun tidak disertai bendera. Di bagian depan tugu terdapat tulisan
berupa keterangan dan kalimat karya Muhammad Yamin yang berbunyi:
“Mati luhur tak berkubur
Memutus jiwa meninggalkan
nama
Menjadi awan diangkasa
Menjadi buih dilautan
Semerbak harumnya diudara”
Tiket Masuk :
Gratis
Alamat :
Jalan Khatib Sulaiman No. 4 C, Aur Tajungkang
Tengah Sawah, Guguk Panjang, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Guguk Panjang, Kota
Bukittinggi, Sumatera Barat 26138.
Taman Monumen Bung Hatta, Bukittinggi berada tepat saling
bersisian dengan Tugu Pahlawan Tak Dikenal. Di taman ini kalian akan menemukan
tulisan besar berwarna merah kuning menyala. Spot yang pas untuk foto yang instagramable.
Menaiki tangga demi
tangga yang berada di sisi kanan, kita akan tiba di area utama tepat di depan
patung Bung Hatta yang terbuat dari perunggu. Bung Hatta sendiri merupakan
kelahiran Fort De Kock atau
Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902. Tak heran jika monumen ini berdiri di
kota kelahirannya ini.
Pada bagian Monumen
Bung Hatta, terdapat tiga bagian dinding yang berisi tulisan dan sisanya berupa
relief keadaan masa perjuangan. Pada bagian tengah berisi dinding
informasi mengenai Bung Hatta dari lahir hingga meninggal dengan kiprahnya
semasa hidup. Sedangkan dinding sebelah kiri dan kanan terdapat pesan-pesan
dari Bung Hatta, yang bunyinya sebagai berikut:
“Pahlawan yang setia itu
berkorban, bukan buat dikenal namanya, tapi semata-mata untuk membela
cita-cita.”
“Biarlah pengalaman
menjadi tonggak petunjuk, dan bukan menjadi tonggak yang membelenggu kita.”
“Keberanian bukan berarti
tidak takut, keberanian berarti menaklukan ketakutan.”
“Selama dengan buku,
kalian boleh memenjarakanku dimana saja, karena dengan buku aku merasa
bebas.”
“Kurang cerdas dapat
diperbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa diperbaiki dengan pengalaman,
namun jujur sulit diperbaiki.”
“Apa yang kita lakukan di
dunia ini, kelak semuanya akan dipertanggung jawabkan melalui pengadilan
Allah.”
“Membaca tanpa
direnuangkan itu, bagaikan makan tanpa dicerna.”
“Tidak ada harta pusaka
yang sama berharganya dengan kejujuran.”
Tiket Masuk :
Gratis
Alamat :
Benteng Pasar Atas, Guguk Panjang, Bukittinggi
City, West Sumatra 26136.
Meninggalkan dua tempat di atas, kita bisa beranjak naik
menuju Jam Gadang di Taman Sabai Nan Aluih. Ikon Wisata
Bukittinggi, yang tersohor. Nah, puas puasin deh foto-foto di sini, nyari angle yang bagus. Jam yang memiliki tinggi 28 meter
ini merupakan jam yang didatangkan langsung dari Inggris dan serupa dengan Big
Ben di London. Yah, kalau belum nyampe Inggris kita ke Sumbar dulu aja ya.
Sama-sama gede kok jam nya.
Tiket Masuk : Gratis
Alamat : Benteng Pasar Atas, Guguk Panjang, Bukittinggi City, West
Sumatra 26136.
Di seberang Jam Gadang, terdapat Istana Bung Hatta. Bangunan
berpagar yang didepannya terdapat patung Bung Hatta ini, ternyata hanya bisa
kita nikmati dari luar. Ketika saya hendak masuk, saya melihat sebuah papan
bertuliskan yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Konon dulunya istana ini
merupakan tempat tinggal Bung Hatta, wakil presiden Indonesia yang pertama.
Tiket Masuk: Rp. 5.000 (Senin s/d Jumat), Rp. 8.000 (Sabtu-Minggu)
Alamat : Bukit Cangang Kayu Ramang, Guguk Panjang, Bukittinggi City,
West Sumatra 26136.
Meninggalkan Jam Gadang dan Istana Bung Hatta, saya berjalan
ke arah kiri kemudian belok ke arah kanan mencari rute menuju tempat wisata
Bukittinggi berikutnya, Lobang Jepang. Kurang lebih sepuluh menit kemudian,
kami menemukan Taman Panorama. Duh taman apaan nih? Lobang Jepangnya mana?
Untuk memasuki Taman Panorama yang ternyata sekaligus satu
kawasan dengan Lobang Jepang kita harus merogoh kocek cukup dalam, yaitu
15k/orang. Di Taman Panorama sendiri banyak terdapat area bermain anak, dari
perosotan hingga ayunan. Terdapat banyak gazebo-gazebo yang bisa digunakan untuk
bersantai dan fasilitas lainnya berupa mushola dan toilet.
Dari taman ini kita bisa melihat pemandangan lembah yang
hijau, tebing yang curam, serta bagunan-bangunan yang terlihat kecil di
seberang. Panorama lembah hijau tersebut bernama Panorama Ngarai Sianok. Kalau
kalian punya waktu lebih, bisa juga jalan kaki untuk sampai di bukit seberang.
Tiket Masuk : Rp. 15.000
Alamat : Jl. Panorama, Kayu Kubu, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi,
Sumatera Barat 26138.
Hari
menjelang sore ketika kami mulai memasuki Lobang Jepang. Lobang yang didalamnya
macem labirin, kalau saya lihat petanya, agak-agak takut buat masuk. Takut
nyasar. hehe
Lobang
Jepang merupakan hasil dari kerja paksa yang dilakukan Jepang terhadap penduduk
Bukittinggi. Lobang sepanjang lebih dari seribu meter ini semacam bunker sih
menurut saya. Karena didalamnya terdapat ruangan dengan fungsi bermacam-macam,
yaitu ruang amunisi, ruang tahanan, ruang dapur, hingga ruangan yang terhubung
dengan sungai sebagai tempat pembuangan mayat.
Kondisi yang gelap, udara yang lembab dan dingin, membuat
saya pengap berlama-lama di sana. Intinya, lobang ini telah di rekontruksi
ulang agar layak sebagai tempat wisata dengan pemberian cahaya dan petunjuk
arah di dalamnya. Tapi tetep aja ada rasa ngeri-ngeri sedap pas masuk kedalamnya.
Tapi ngomong-ngomong bunker, kenapa orang Jepang suka banget
sih bikin Bunker. Bikin bangunan bawah tanah nan lembab macem gini.
Sepertinya saya harus membaca buku sejarah lagi untuk mengetahuinya.
Tiket Masuk : Rp. 15.000
Alamat : Jl. Panorama, Bukit Cangang Kayu Ramang, Guguk
Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26138.
Tepat
berseberangan dengan Taman Panorama, terdapat sebuah Museum Perjuangan Tri Daya
Eka Dharma, dengan ikon pesawat terbang dihalamnya. Museum Perjuangan ini
diresmikan oleh Muhammad Hatta pada tanggal 16 Agustus 1973. Tri Daya Eka
Dharma sendiri memiliki arti tiga unsur kekuatan satu pengabdian yang maknanya
serupa dengan falsafah minang “Tiga Tungku Sajarangan“.
Awalnya bangunan ini
merupakan rumah dari Gubernur Sumatera. Namun berkat gagasan dari Brigdjen
Widodo, akhirnya Museum Perjuangan Tri Daya Eka Dharma ini didirikan di rumah
tersebut. Adapun koleksi didalam museum berupa senjata-senjata yang
digunakan saat perang. Sayangnya, saat saya hendak memasuki museum ini, waktu
berkunjung sudah ditutup. Jadi bagi kalian yang mau melihat koleksi di museum ini.
Datanglah pagi hari, paling lambat sebelum dzuhur di hari kerja.
Tiket
Masuk : Rp. 4.000
Alamat : Jalan Panorama No.24, Kayu Kubu, Guguk Panjang, Kota
Bukittinggi, Sumatera Barat 26136.
Semoga Informasi ini bermanfaat bagi sahabat Mistertraveller. jangan Lupa FOLLOW ya agar kalian bisa
mengetahui informasi terbaru dari Mistertraveller seputar destinasi wisata
menarik lainnya di Indonesia.
Sahabat Mistertraveller dimohon kerjasamanya
untuk SHARE ya agar tempat wisata
yang ada didaerah kalian banyak dikunjungi baik oleh wisatawan Domestik maupun
wisatawan Mancanegara. Majulah Pariwisata Indonesia.
Thank's You.......!!!
Post a Comment
silahkan berkomentar bijak dan sesuai dengan topik pembahasan