BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Agama adalah salah satu entitas yang menyertai kehidupan manusia
pada setiap zaman dan setiap tempat dimanapun manusia itu berada. Secara
normatif, agama senantiasa melekat pada diri manusia yang diwariskan secara
turun temurun pada ribuan generasi. Pada faktanya, kita akan menemukan agama
sebagai identitas manusia begitu banyak dan beragam, karena agama dapat pula
kita artikan sebagai tata nilai, aturan ataupun hukum yang mengatur penganutnya.
Oleh karena itu kita kan menemukan pengertian agama dari sudut bahasa
(etimologi) berarti ragam peraturan tradisional, ajaran-ajaran, kumpulan hukum
yang diwariskan turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Agama asalnya
terdiri dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama
berarti kacau. Jadi agama mempunyai makna tidak kacau. Arti ini dapat dipahami
dengan melihat dampak yang diberikan oleh peraturan-peraturan agama kepada
moral atau materil pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang yang memiliki
pengetahuan.1
Untuk memahami lebih jelas mengenai ragam agama yang tersebar di
muka bumi, kita dapat mengidentifikasinya dengan menggunakan pendapat Ahmad
Abdullah Al-Masdoosi2 dalam mengkalsifikasikan agama-agama yang ada.
Menurut Al-Masdoosi agama setidaknya dapat diidentifikasi kepada tiga kategori,
yaitu:
1.
Revealed
and Non Revealed (agama wahyu
dan agama non wahyu)
Agama wahyu adalah agama yang yang berdasarkan kepada wahyu Tuhan
atau bukan ucapan manusia yang ditandakan dengan memiliki kitab suci (kalam
Tuhan) seperti agama Yahudi, Kristen (Nashrani) dan Islam. Agama wahyu inilah
yang kemudian dikenal dengan istilah agama samawi. Sebaliknya, agama non
wahyu adalah agama yang ajarannya disandarkan kepada ucapan-ucapan manusia yang
dikeramatkan atau disucikan, walaupun memiliki kitab suci tetapi isi kitabnya
bukan merupakan kalam Tuhan, seperti Budha, Hindu, Sinto, Konghucu dan lainnya,
yang kemudian agama ini dikenal dengan agama ardhi.
_____________________________
1.
Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, (Pekan Baru: Amzah),
2004 hal. 2
2.
Ahmad Abdullah al-Masdoosi, Living Religions of the World: A
Socio-Political Study (Karachi: Begum Aisha Bawany Wakf, 1962), hal. 11– 12.
2.
Missionary
and Non Missionary (agama dakwah
dan agama non-dakwah)
Menurut Al-Masdoosi diantara agama-agama yang ada memiliki
konsentrasi untuk disebarkan ke seluruh pelosok dunia dan juga memiliki misi
mengajak orang yang ada di luar agama tersebut untuk menganut agama yang
disebarkan. Dan satu-satunya agama yang memiliki misi ini menurut Al-Masdoosi
adalah agama Islam.
3.
Geographical-racial
and Universal (agama lokal,
ras dan universal)
Pada faktanya kita akan menemukan ada beberapa agama yang hanya
dianut oleh beberapa tempat dan ras tertentu namun ada pula agama yang secara
inklusif dapat dianut oleh siapapun tanpa mengenmal ras dan batas-batas
geografis. Dalam hal ini kita akan menemukan semacam agama Yahudi yang sangat
kuat dalam mempertahankan ras, walaupun ada juga diluar keturunan Yahudi
menganut agama ini. Adapun agama lokal adalah agama setempat yang berlaku dan
dianut pada tempat-tempat tertentu saja. Sementara agama universal menurut
Al-Masdoosi salah satunya adalah agama Islam. Memperhatikan tidak adanya
batasan ras dan geografis bagi penganutnya dalam kitab suci atau ajarannya.
Islam adalah agama yang sangat inklusif.
Dari identifikasi di atas, kita dapat menemukan satu agama yang
memiliki ketiga kategori di atas, yaitu agama yang memiliki kategori revealed
religion (agama samawi), missionary religion (agama dengan misi
dakwah) dan universal religion (agama universal). Agama yang memiliki
tiga kategori tersebut tidak lain adalah Islam.
Islam adalah agama samawi terakhir yang memiliki kitab suci serta
memiliki misi penyebaran (dakwah). Dalam doktrin kewahyuan yang diyakini di
dalam ajaran Islam, Islam adalah agama penutup dari agama-agama wahyu
sebelumnya. Sehingga kehadiran Islam berfungsi untuk menyempurnakan ajaran atau
syari’at sebelumnya. Hal ini sebagaimana dapat kita temukan di dalam
Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 158 dan surat Al-Maidah ayat 3,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً الَّذِي لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِـي وَيُمِيتُ فَآمِنُواْ
بِاللّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللّهِ
وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Katakanlah:
Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian semua,
Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang
haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian
kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah
beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaya kalian
mendapatkan hidayah.” (QS. Al A’raaf: 158)
ٱلۡيَوۡمَ
أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ
دِينٗاۚ ..
“...Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...”
Memperhatikan ayat-ayat di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa 1). Nabi Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman
yang terakhir diutus kepada seluruh manusia apapun agama terdahulunya, 2).
Ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah ajaran yang menyempurnakan
ajaran-ajaran samawi sebelumnya, 3). Menegasikan segala bentuk sesembahan yang
dianut oleh umat sebelumnya kecuali sesembahan yang dilakukan kepada Allah SWT.
Mengingat point pertama dari
kesimpulan di atas, maka Islam adalah agama yang dapat dipeluk oleh manusia
manapun dimana saja mereka berada sampai berakhirnya umur dunia. Maka Islam
adalah agama yang dapat kita temukan di bumi manapun, tidak hanya di tempat
Islam itu turun secara geografis melainkan ke pelosok bumi terjauh dari tempat
kelahirannya.
Dalam penyebaran Islam ke seluruh
muka bumi, ada satu hal yang mesti diperhatikan yaitu Hegemoni. Hegemonilah
yang dapat memperlihatkan kepada kita apakah agama Islam di berbagai tempat
atau kawasan mengalami kemudahan atau menghadapi barrier (hambatan).
Oleh karena itu, kita dapat menemukan Islam disuatu tempat menjadi agama
mayoritas namun ditempat lain menjadi agama minoritas.
Agama Islam yang menjadi mayoritas
atau minoritas disuatu tempat memiliki fungsi, peran dan tugas yang sama, yakni
menebarkan kedamaian dan menampilkan akhlaq (perilaku) Islam sesuai
dengan ajarannya. Ketika Islam menjadi mayoritas hampir tidak menemukan hambatan/barrier
bagi penganutnya dalam menjalankan ajaran Islam, namun seringkali ditemukan kendala
menjalankan ajaran Islam bagi penganutnya manakala Islam menjadi agama
minoritas.
Oleh karena itu sangat dimungkinkan penganut Islam minoritas
mengalami konflik sosial disekitar tempat tinggalnya. Yang menarik adalah
bagaimana para penganut Islam/kaun muslimin bertahan ketika agamanya adalah
agama minoritas, bagaimana perkembangan Islam ketika menjadi minoritas dan apa
saja tantangannya, akan menarik jika kita memotret perkembangan Islam di
kawasan Islam minoritas.
Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai perkembangan Islam di
Australia. Australia adalah salah satu benua kecil paling selatan yang hari ini
didominasi oleh penduduk yang menganut agama diluar Islam. Namun, ternyata di
benua kecil tersebut terdapat riak-riak perkembangan Islam yang sampai hari ini
terus bergeliat.
Penelitian ini akan menggunakan studi literatur salah satu sumber
yang akan dijadikan rujukan pokok adalah tulisan Professor Abdullah Saeed
seorang guru besar Studi Arab dan Islam di Universitas Melbourne Australia yang
berjudul “Muslim in Australia”. Selain itu juga penelitian ini merujuk
pada tulisan di berbagai jurnal yang mengkaji isu serta wacana Islam y ang berkembang di Australia.
1.2. Analisis Masalah
1.2.1.
Identifikasi
Masalah
Timbul tenggelam peradaban Islam dari masa ke masa menunjukkan
sejarah Islam bergerak secara dinamis. Islam seringkali didentikkan agama
bangsa Arab, padahal jelas bangsa Arab tidak hanya menganut agama Islam. Begitupun
Islam tidak anya dianut oleh bangsa Arab. Islam berdiaspora ke berbagai belahan
bumi termasuk bumi Australia.
Australia adalah benua kecil yang sejak awal kedatangan koloni
Inggris pada tahun 1787 silam merupakan benua yang cukup gersang. Namun beberapa
dekade setelah itu koloni Inggris dan masyarakat Eropa lainnya menetap di benua
terkecil ini. Masyarakat Eropa yang notabene beragama kristen, kemudian
berkembang menjadi masyarakat yang baru pemilik benua Australia. Agama yang
berkembang tentu adalah agama mayoritas masyarakat Eropa. Namun ternyata
beberapa abad yang lalu agama Islam mulai hadir di tanah Australia sebagai
agama minoritas. Sampai abad 21, di era milenial sekarang kondisi Islam di
Australia masih menjadi agama minoritas. Islam berkembang di negeri kangguru
itu dengan berbagai dinamika yang beragam. Berbagai isu dan wacana bahkan
konflik serta diskriminasi mewarnai perjalanan Islam dan kaum muslimin di
negeri tersebut. Disamping itu masih ada yang memperjuangkan Islam dan
mengenalkannya dengan pendekatan yang lebih rasional, objektif dan humanis.
1.2.2A. Ruang
Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini akan dikaji tentang perkembangan Islam di
Australia, diawali dengan mengkaji kehidupan awal di Australia, kontak awal
kaum muslimin dengan Australia, penemuan benua Australia oleh orang-orang
Eropa, perkembangan masyarakat Islam di Australia serta tantangan dan isu serta
wacana ke-Islaman di Australia.
1 B. Rumusan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi dengan rumusan berupa pertanyaan
berikut,
1.
Bagaimana
kontak awal kaum muslimin dengan masyarakat asli Australia ?
2.
Bagaimana
perkembangan peradaban manusia di Australia ?
3.
Bagaimana
perkembangan Islam di Australia ?
4.
Apa
dan bagaimana tantangan masyarakat muslim di Australia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian
ini untuk:
1.
Mengetahui
kontak awal kaum muslimin dengan masyarakat asli Australia
2.
Mengetahui
perkembangan peradaban manusia di Australia
3.
Mengetahui
perkembangan Islam di Australia
4.
Mengetahui
tantangan masyarakat muslim di Australia
1.4. Metode Penelitian
Metode
penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap
segala permasalahan. Dengan demikian, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam
memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian.
Menurut Husin Sayuti, bahwa metode merupakan suatu cara atau jalan sehubungan
dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Husin
Sayuti, 1989 : 32).3
_______________________________
3 Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung
: Jakarta. Hal:32
Menurut
P. Joko Subagyo, metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam
mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami
obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan
pemecahan permasalahan. (P. Joko Subagyo, 1997 : 1)4
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas metode penelitian adalah cara-cara ilmiah atau alat
tertentu yang digunakan untuk menguji suatu kebenaran untuk memecahkan
permasalahan yang ada dan turut menentukan hasil yang akan diperoleh.
Menurut
Mohammad Nazir, metode sejarah adalah penyelidikan yang kritis terhadap
keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang
secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah
serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut. (Mohammad Nazir,
1993 : 55).5 Dengan digunakannya metode penelitian historis dalam
penelitian ini, maka penulis berupaya mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah
dari perspektif historis suatu masalah.
Dalam
merekonstruksi peristiwa sejarah agar dapat memenuhi kriteria penelitian
sejarah yang bersifat ilmiah, terdapat empat tahap yang harus ditempuh penulis
meliputi, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. (Nugroho Notosusanto,
1984 : 11).6
Tahapan
Heuristik (pengumpulan data), adalah tahapan pertama yang merupakan proses
menemukan dan menghimpun sumber-sumber
sejarah, baik yang berupa sumber primer maupun sekunder yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang diteliti. Secara teknis kegiatan heuristik ini dilakukan
melalui studi kepustakaan.
Setelah
dilakukan tahapan heuristik, tahapan selanjutnya adalah kritik, yaitu tahapan
meneliti dan menyeleksi sumber, data, dan informasi yang didapatkan secara
kritis, sehingga diperoleh fakta yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah. Proses ini dilakukan penulis dengan memilah-milah dan menyesuaikan data
yang penulis dapatkan dari tahapan heuristik, agar dapat menunjang kegiatan
penelitian yang dilakukan. Kritik yang diberikan dapat berupa kritik internal
dan kritik eksternal. Kritik internal yaitu bertujuan untuk meneliti kebenaran
isi dari sumber yang sudah didapat (otentisitas sumber). Sedangkan kritik
eksternal bertujuan untuk melihat apakah data yang didapat dari sumber tersebut
asli atau palsu. (kredibilitas sumber).
___________________________
4 Subagyo, P. Joko, 1997. Metode
Penelitian dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta. Hal:1
5 Mohammad Nazir, Phd. 2014. Metode
Penelitian. Ghalia Indonesia : Jakarta. Hal: 55
6 Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah
Penelitian Sejarah Kontemporer. Yayasan Penerbit UI : Jakarta. Hal. 11
Tahap
selanjutnya adalah Interpretasi (penafsiran). Pada tahap ini, penulis menginterprestasikan
data-data yang telah terkumpul menjadi keseluruhan yang harmonis dan masuk
akal, dalam hal ini penulis berupaya untuk menganalisis data dan fakta yang
telah diperoleh agar sesuai dengan kajian penulis.
Tahap
terakhir adalah historiografi (penulisan), tahap ini merupakan kegiatan penulis
menyampaikan tulisan hasil rekonstruksi imajinatif penulis sesuai dengan fakta.
Dengan pengertian lain, penulis
menuangkan hasil interpretasi sumber-sumber yang telah diseleksi sesuai dengan
fakta dalam bentuk laporan hasil penelitian.
1.5. Tinjauan Pustaka
Di dalam
penelitian ini penulis merujuk beberapa literatur sebagai rujukan utama yaitu:
1.
Buku
“Muslim Australians: Their Believes, Practices, and Institution” yang
ditulis oleh Professor Abdullah Saeed seorang profesor Studi Arab dan Islam di Universitas
Melbourne, Australia. Saat ini dia menjabat sebagai Direktur Pusat Kajian Islam
Unggulan Nasional (National Centre of Excellence for Islamic Studies) dan Wakil
Direktur pada Pusat Hukum dan Masyarakat Islam (Centre for Islamic Law and
Society) di universitas yang sama.7 Buku “Muslim Australians:...”
ini disusun atas kerjasama Universitas Melbourne dengan Pemerintah Australia di
bawah otoritas Departemen Imigrasi dan Urusan Multikultural dan Pribumi dan Australians
Multicultural Foundation. Didalam buku yang berisi 81 halaman ini juga
menyajikan informasi dasar mengenai agama Islam bagi siswa SMA di Australia
atau siapapun yang belum mengenal Islam.
2.
Buku
“The Muslims in Australia: A Brief History” yang ditulis oleh Bilal
Cleland dan diterbitkan oleh Islamic Human Right Commission, di
London-Inggris pada tahun 2000, dengan berisi 40 halaman. Untuk edisi revisi
dapat dilihat pada terbitan Islamic Council of Victoria,
Melbourne-Australia pada tahun 2002 dengan ketebalan 102 halaman. Buku ini
mengkaji mengenai sejarah singkat umat Islam di Australia. Selain dari pada itu
dalam buku ini dikaji pula mengenai asal usul kedatangan atau kontak awal
masyarakat asli Australia dengan umat Islam.
________________________
7 Biografi ini diolah dari “Curriculum
Vitae Professor Abdullah Saeed” yang diambil dari: http://www.abdullahsaeed.org
diakses tanggal 16 Maret 2017 dan
http://asiainstitute.unimelb.edu.au/about/staff/academic/abdullah_saeed/cv,
diakses tanggal 16 Maret 2017.
Bilal Cleland
adalah pensiunan guru sekolah menengah yang telah mengajar bahasa Inggris
sebagai bahasa kedua di sekolah menengah dan Pusat Bahasa Inggris Intensif di
Victoria serta program pendidikan orang dewasa di Thailand, Vietnam dan
Indonesia. Dia telah berkonsultasi dengan Program Komisi Komisi Tertinggal dan
bekerja sebagai penyelenggara bahasa inggris di tempat kerja dan program
pendidikan internasional. Bilal telah memegang posisi sebagai Sekretaris Dewan
Islam Victoria, Asisten Editor dan Anggota Komite Eksekutif Muslim Australia
News (AFIC), Ketua Dewan Kesejahteraan Muslim Victoria, perwakilan Australia
untuk Dewan Gubernur, Forum Bisnis Internasional di Istanbul, Presiden Bisnis
Independen dan Asosiasi Industri Australia dan Sekretaris Federasi Dewan Islam
Australia. Dia sekarang menjadi kolumnis untuk Al-Watan (bulanan Melbourne
Arab-Inggris) dan Australian Muslim Times.8
3.
Buku
“Australian Muslims: A Demographic, Social and Economic Profile of Muslims
in Australia 2015” yang ditulis oleh Professor Riaz Hassan bersama asisten
penelitinya Dr. Laurence Lester. Buku ini diterbitkan oleh International
Centre for Muslim and non-Muslim Understanding, City West Campus
University of South Australia, Adelaide. Buku ini merupakan laporan riset yang
dilakukan oleh Professor Riaz Hassan mengenai perkembangan terkini umat Islam
di Australia yang diterbitkan tahun 2015. Buku ini berisi 84 halaman dengan isi
yang sangat informatif. Tujuan dari laporan ini adalah untuk menyajikan
beberapa data demografi dan sosioekonomi terbaru tentang Muslim di Australia
dalam format yang mudah diakses. Laporan ini mencakup informasi tentang
identitas, etnis, bahasa, usia, jenis rumah tangga, pendidikan, pendapatan dan
pekerjaan. Sebagian besar informasi telah diambil dari Sensus Australia 2011,
dengan beberapa perbandingan dengan data dari Sensus 2006.
4.
Jurnal
La Trobe Journal yang berjudul “Remembering Muslim Histories of
Australia” tanpa tahun, yang ditulis oleh Regina Ganter.
5.
Australian
Journal of Political Science
tulisan Mario Peuckera, Joshua M. Rooseb dan Shahram Akbarzadeh pada tahun 2014
dengan judul “Muslim active citizenship in Australia: Socioeconomic
challenges and the emergence of a Muslim elite”
___________________________
8 Biografi ini diakses dari
https://independentaustralia.net/profile-on/bilal-cleland,507
6.
Dan
banyak lagi buku serta jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan merupakan suatu penjelasan tentang uraian bab yang akan di sajikan
dalam makalah diikuti dengan penjelasan singkat isi materi yang dibahas dalam
bab tersebut. Dalam menyusun penelitian ini supaya terstruktur maka penulis
membuat sistematika penulisan yang terbagi kepada empat bab bahasan sebagai
berikut:
Bab
I : Membahas mengenai latarbelakang
masalah yang menjelaskan motivasi penulis dalam mengangkat tema atau judul ini,
dengan menjabarkan terlebih dahulu mengenai landasan normatif dan ideologis
mengenai terminologi agama yang diantaranya memiliki misi penyebaran yaitu
Islam. Pada bagian latar belakang masalah diangkat mengenai teori hegemoni dan
dominasi sosial sebagai pendekatan di dalam memahami perkembangan Islam
minoritas di Australia. Untuk menganalisis permasalahan yang di angkat, pada
bab ini juga disusun identifikasi masalah, ruang lingkup masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
Bab
II : Membahas mengenai teori-teori yang dijadikan sebagai
pendekatan dalam memahami perkembangan Islam di Australia diantaranya; 1).
Teori Gerak Sejarah Arnold Toynbe, 2). Teori hegemoni dengan tokohnya Antonio
Gramci yang akan dijadikan pisau analisis ketika Islam dihegemoni di kawasan
Australia, 3). Teori Dominasi Sosial dengan tokohnya Jim Sidanius dan Felicia
Pratto, yang akan menjelaskan bahwasannya manusia mempunyai kecenderungan
khusus untuk membuat hierarki atau tingkatan dalam masyarakat. Setiap anggota
masyarakat mempunyai kedudukan yang
berbeda dalam hierarki tersebut. Hierarki tersebut dapat berdasarkan kelompok
sosial atau karakteristik individu. Teori Dominasi Sosial ini menjelaskan bahwa
dalam kelompok sosial selalu terbentuk struktur hierarki atau tingkatan sosial.
Hal ini menunjukkan terdapat sejumlah kelompok sosial yang mempunyai kedudukan
berbeda, yaitu kelompok sosial atau individu yang berada dibagian atas hierarki (dominan) dan juga
kelompok sosial atau individu yang berada dibagian bawah hierarki (subordinat).
Bab
III : Membahas tentang perkembangan
Islam di Australia secara keseluruhan. Dalam bab ini dikaji mengenai kondisi
umat Islam di sekitar benua Australia yang memberi pengaruh kehadiran dan
perkembangan Islam di Australia salah satunya adalah kondisi Islam di kawasan
Nusantara khususnya di Makassar (Sulawesi Selatan) yang dipimpin oleh kerajaan
Gowa dan Tallo. Berikutnya dalam bab ini dikaji mengenai kontak awal penduduk
pribumi Australia dari suku Aborigin dengan para pelaut Makassar, pertukaran
budaya dan peninggalan sejarahnya. Selanjutnya dikaji pula mengenai
ditemukannya benua Australia oleh bangsa Eropa sampai kepada kedatangan koloni
Inggris hingga perkembangannya. Dan terakhir yang paling penting pada bab ini
dikaji mengenai perkembangan Islam kontemporer dengan berbagai dinamika,
tantangan, isu dan wacana yang berkembang.
Bab
IV : Membahas kesimpulan dari
pembahasan tentang perkembangan Islam di Australia
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
2.1.
Teori Gerak Sejarah Arnold Toynbe
Dalam setiap kehidupan manusia dalam
suatu masyarakat pasti ada banyak tantangan
dan respon dari tantangan itu baik itu respon negative maupun respon posisitif
seperti yang dikatakan oleh Arnold J Toynbee
memperkenalkan sejarah dalam kaitan dengan teori chellange and respons
maksutnya budaya bisa muncul karena tantangan dan respon antara manusia dan
alam sekitarnya pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan oleh sebagian kecil
pemilik kebudayaan.9
Arnold Joseph Toynbee lahir pada 14
April 1889, yaitu seorang sejarawan Inggris yang dua belas analisis volume naik
dan turunnya peradaban, Lahir di London, Arnold J. dididik di Winchester
College dan Balliol College, Oxford. Ia memulai karir mengajar di Universitas
yang sam yaitu di Balliol College di tahun 1912, dan setelah itu memegang
posisi di King's College London (sebagai Profesor Modern Sejarah Yunani dan
Bizantium), di London School of Economics dan Royal Institute of International
Affairs (RIIA) di Chatham. Beliau adalah Direktur Studi di RIIA antara 1929 dan
1956. Arnold Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus
kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Toynbee lebih menekankan pada
masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya Peradaban muncul berdasarkan
perjuangan mati-matian. Peradaban hanya tercipta karena mengatasi tantangan dan
rintangan, bukan karena menempuh jalan yang terbuka.10
Arnold J Toynbee adalah seorang
saejan Inggris yang menggemparkan sejarah dunia sejarah dengan karangannya: A
Study Of History terdiri dari 12
(dua belas) jilid yang tebal-tebal.teori Toynbee di dasarkan atas penyelidikan
21 kebudayaan sempurna dan 9 kebudayaan yang kurang sempurna. Kebudayaan yang
sempurna umpamanya: Yunani-Roma, Maya(Amerika tengah), Hindu, Barat (Eropa),
Eropa timur, dan sebagainya. Yang tidak sempurna antara lain: Eskimo, Sparta,
Polynesia, Turki. Kesimpulan Arnold J
Toynbee ialah bahwa dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum tertentu yang
menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-kebudayaan dengan pasti.
______________________________
10 Tsabit Azinar Ahmad ,
“prjanaparamita”, di akses pada tanggal 19 Maret 2017
http://mastsabit.blogspot.co.id/2009/05/membedah-pemikiran-arnold-j-toynbee.html
Menurut
Toynbee gerak sejarah melalui tingkatan-tingkatan seperti beikut:
1. Genesis of Civilization - Lahirnya kebudayaan.
2. Growt of Civilization - Perkembangan kebudayaan.
3. Decline of Civilization – keruntuhan kebudayaan.
Keruntuhan kebudayaan berlangsung dalam tiga fase (gelombang) yaitu
:
1. Breakdown of Cifilizations - Kemrosotan kebudayaan.
2. Disintegration of Civilizations - Perkembangan kebudayaan.
3. Dissolution of Civilizations - Hilang dan lenyapnya kebudayaan
Suatu kebudayaan terjadi, dilahirkan karena tantangan dan jawaban(chellange and response) antara manusia
dengan sekitarnya. Dalam alam yang baik manusia berusaha untuk mendirikan suatu
kebudayaan seperti Eropa, India, Tiongkok. Di daerah yang terlalu dingin
seolah-olah kegiatan manusia membeku(Eskimo), daerah yang terlalu panas tak
dapat timbul pula suatu kebudayaan (Sahara, Kelahari, Gobi) maka apabila
tantangan alam itu baik maka
timbullah
suatu kebudayaan.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kejadian di kembangkan oleh sebagian kecil dari pihak-pihak kebudayaan
itu. Jumlah kecil (minoritas) itu menciptakan kebudayaan dan massa(mayoritas)
meniru.tanpa minoritas yang kuat dan dapat mencipta, suatu kebudayaan tidak
dapat berkembang. Apabila minoritas ini melemah dan kehilangan daya
menciptakannya, maka tantangan-tantangan dari alam tidak dapat di jawab lagi,
minoritas menyerah, mundur dan pertumbuhan tidak terdapat lagi. Apabila keadaan
yang sudah memuncak seperti itu, maka keruntuhaan akan terjadi.11
Arnold J Toynbee lebih
menekankan pada masyarakat atau peradaban sebagai unit studinya ketimbang
bangsa atau periode waktu. Studi mengenai satu bangsa tertentu tak dapat di
pahami sebagai sesuatau dalam dirinya sendiri, bangsa tertentu harus di lihat
sebagai bagian dari suatau proses yang lebih besar. Misalnya, kita tak kan
dapat memahami inggris hanya dengan mempelajari sejarah dari suatu bangsa itu
sendiri saja, kita harus lebih melihat inggris menurut tempatnya di dalam
kehidupan umat Kristen barat karena itu yang seharusnya jadi pusat perhatian
study bukanlah Inggris, Amerika Serikat, atau bangsa tertentu lain, tetapi
peradapan dimana di mana bangsa tersebut hanya merupakan bagianya saja.
_________________________
11 Prof. Drs. H. Rustam E. T., M.A,
pengantar ilmu sejarah, teori filsafat sejarah, sejarah filsafat dan iptek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 65-66
Menurut Toynbee, ada 21 peradapan di dunia misalnya: Peradapan
Mesir kuno, India, Summeria, Babilonia, dan peradapan barat atau Kristen) enam
peradapan muncul serentak dari masyarakat premitif: Mesir, Sumeria, China,
Maya, Minoan(di pulau kreta) dan India.masing-masing muncul secara terpisah
dari yang lain, dan terlihat di kawasan luas terpisah, semua peradapan lain
berasal dari enam perdapan asli tersebut. Sebagai tambahan sudah ada 3
peradapan yang gagal (peradapan Kristen barat jauh, peradapan Kristen timur jauh,
dan Skandinavia.) dan 5 peradaban yang masih bertahan (Polinesia, Eskimo,
Nomadik, Ottoman, dan Spartan).12
Mengapa peradapan lahir dari peradapan masyarakat premitif?.
Padahal masyarakat premitif berorientasi ke masa lalu, dan tetap statis,
sebaliknya manusia yang memiliki peradapan senantiasa berada dalam gerakan
dinamis menurut jalannya perubahan dan pertumbuhan. Mula-mula Toynbee mencari
penjelasan dari Ras dan lingkungan Fisik tetapi kemudian keuduanya di tolak
olehnya. Tak ada ras yang superior dan lingkungan fisik yang benar-benar
menciptakan peradapan dengan sendirinya karena ras dan lingkungan fisik hanya
bersifat membantu perkembangan peradapan. Peradapan muncul sebagai tanggapan
atas tantangan. Mekanisme sebab-akibat bukanlah sesuatu yang benar-benar ada
tetapi hanya sekedar hubungan, dan hubunganitu dapat terjadi antara manusia
dengan alam atau manusia dengan manusia. Sebagai contoh, peradapan mesir muncul
sebgai hasil tanggapan yang memadai atas tantangan berasal dari rawa dan hutan
belantara lembah Nil, sedangkan peradapan lain muncul dari tantangan konflik
antar kelompok.
Tidak mudah menerangkan persoalan mengapa kondisi alam tertentu
mampu menimbulkan peradapan sedangkan kondisi alam lain merugikannya. Peradapan
muncul berdasarkan perjuangan mati-matian. Peradapan tercipta hanya karena mengatasi tantangan dan
rintangan, bukan karena menempuh jalan yang terbuka lebar dan mulus. Berbagai
jenis tantangan yang berbeda dapat menjadi tantangan yang di perlukan bagi
kemunculan suatu peradapan.Toynbee membahas 5 perangsang yang berbeda bagi
kemunculan peradapan yakni kasan yang ganas, baru, di perebutkan, di tindas,
dan tempat pembuangan. Kawasan ganas mengacu pada lingkungan fisik yang sukar
di taklukan, seperti yang di sediakan oleh banjir bandang yang senantiasa
mengancam sepanjang lembah sungai Huang Ho. Kawasan baru, mengacu kepada daerah
yang belum pernah dihuni dan diolah. Kawasan yang di persengketakan termasuk
yang baru di taklukan dengan kekuatan militer.
_______________________
12 Robert H.
Lauer, Prespektif tentang perubahan sosial, (Jakrta: Rineka Cipta, 2001), hlm.
49-50
Kawasan
tertindas menunjukan suatu situasi ancaman dari luar yang berkepanjangan. Kawasan
hukuman atau pembuangan mengacu pada kawasan tempat kelas dan ras yang secara
historis telah menjadi sasaran penindasan, diskrimanasi, dan eksploitasi. 13
Yang jelas bila kita mendapatkan tantangan, kita tidak selalu
memebri tanggapan yang dapat membangkitkan suatu peradapan. Tantangan itu
mungkin demikian hebatnya sehingga orang tak dapat menciptakan tanggapan yang
memadai. Karena itu, tidak ada hubungan langsung antara tantangan dan
tanggapan, tetapi hubunganya berbentuk kurva linier. Artinya tingkat kesukaran
yang sangat besar dapat membangkitkan tanggapan yang memadai tetapi tantangan
ekstrim dalam artian terlalu lemah dan terlalu keras, tak mungkin membangkitkan
tanggapan memadai. Jika tantangan terlalu keras, munkin peradapan akan hancur
atau terhambat perkembangannya dalam kasus seperti itu, tantangan mempunyai
cukup kekuatan untuk mencegah perkembangan normal, meskipun tak cukup keras
sehingga menyebabkan kehancurannya. Karena itu criteria pertama untuk
terciptanya tanggapan memadai adalah keras-lunaknya tantangan. Criteria kedua
adalah kehadiran elit yang akan memimpin dalam memberikan tanggapan atas
tantangan itu. Pertumbuhan pertumbuhan peradapan tergantung pada perilaku
minoritas (elit) kreatif. Seluruh tindakan sosial adalah kaya individu-individu
pencipta, atau terbanyak karya minoritas kreatif. Namun kebanyakan umat manusia
cenderung tetap terperosok dengan cara-cara hidup lama. Karena itu, tugas
minoritas kreatif bukan semata-mata menciptakan bentukbentuk dan proses-proses
sosial baru, tetapi menciptakan cara-cara membawa pasukan belakang yang mlempem
ini bersama-sama dengan mereka untuk mencapai kemajuan. Dengan pimpinan elit,
peradapan akan tumbuh melalui serentetan tanggapan yang berhasil menghadapi
tantangan yang berkelanjutan.14
2.2.
Teori Hegemoni Antonio Gramci
Hegemoni dalam bahasa Yunani kuno
disebut ‘eugemonia’, sebagaimana dikemukakan Encyclopedia Britania dalam
prakteknya di Yunani,, diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang
diklaim oleh negara-negara kota (polis atau citystates) secara individual,
misalnya yang dilakukan oleh negara kota Athena dan Sparta, terhadap
negara-negara lain yang sejajar.15
_________________________________
13 Robert H. Lauer, Prespektif tentang
perubahan sosial, (Jakrta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 49-50
14 Robert H. Lauer, Prespektif tentang
perubahan sosial, (Jakrta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 49-50
15 Heru Hendarto, 1993, Mengenal Konsep
Hegemoni Gramsci : dalam Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Gramedia,
Jakarta. Hal : 73
Dalam pengertian di jaman ini,
hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan
hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara
longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin”. Dalam konteks
politik internasional, misalnya, pada periode perang dingin, pertarungan
pengaruh antara negara adikuasa seperti Amerika Serikat dan mantan Uni Sovyet,
pada masa perang dingin, biasanya disebut sebagai perang untuk menjadi kekuatan
hegemonik dunia.16
Konsep
hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dielaborasi melalui penjelasannya tentang
basis dari supremasi kelas:
(supremasi
sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua cara, sebagai “dominasi” dan sebagai
‘kepemimpinan intelektual dan moral’. Dan di satu pihak, sebuah kelompok sosial
mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk “menghancurkan” atau menundukkan
mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan kekuatan bersenjata; di lain pihak,
kelompok sosial memimpin kelompok-kelompok kerabat dan sekutu mereka. Sebuah
kelompok sosial dapat dan bahkan harus sudah menerapkan “kepemimpinan” sebelum
memenangkan kekuasaan pemerintahan (kepemimpinan tersebut merupakan salah satu
dari syarat-syarat utama untuk memnangkan kekuasaan semacam itu). Kelompok
sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktekkan kekuasaan,
tapi bahkan bila dia telah memegang kekuasaan penuh ditangannya, dia masih
harus terus “memimpin”juga”.17
Kutipan itu jelas menunjukkan suatu
totalitas yang didukung oleh kesatuan dua konsep: kepemimpinan (direction) dan
dominasi (dominance). Hubungan kedua konsep ini menyiratkan tiga hal. Pertama,
dominasi dijalankan atas seluruh musuh, dan kepemimpinan dilakukan kepada
segenap sekutu-sekutu. Kedua, kepemimpinan adalah suatu prakondisi untuk
menaklukan aparatus Negara, atau dalam pengertian sempit kekuasaan Negara dapat
dicapai, dua aspek supremasi klas ini, baik pengarahan ataupun dominasi, terus
berlanjut.
Setelah Lenin, hegemoni menjadi
perbincangan serius ketika Gramsci menjadikannya sebagai bagian yang penting
dalam Notebooks. Secara umum konsepsi hegemoni yang lahir dari Gramsci,
sesungguhnya diambil secara dialektis lewat dikotomi tradisional karakteristik
pemikiran politik Italia dari Machiavelli sampai Pareto, dan beberapa bagian
lainnya diambil dari Lenin.
________________________________
16 Nezar Patria & Andi Arief, Antonio
Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).hlm.116
17 Nezar Patria & Andi Arief, Antonio
Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).hlm.116
Dari Machiavelli hingga Pareto,
konsepsi yang diambil adalah tentang kekuatan (force) dan persetujuan
(consent). Bagi Gramsci, kelas sosial akan memperoleh keunggulan (supremasi)
melalui dua cara yaitu melalui cara dominasi (dominio) atau paksaan (coercion)
dan yang kedua adalah melalui kepemimpinan intelektual dan moral. Cara yang
terakhir inilah yang kemudian disebut oleh Gramsci sebagai hegemoni.
Hegemoni adalah sebuah rantai
kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui
penindasan terhadap klas sosial lainnya. Ada berbagai cara yang dipakai,
misalnya melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan secara
langsung atau tidak langsung stuktur-struktur kognitif dari masyrakat. Karena
itu hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring orang agar menilai
dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan.
Titik Tolak Hegemoni: Konsensus
Ketika Gramsci berbicara tentang
konsensus, ia selalu mengaitkan dengan spontanitas bersifat psikologis yang
mencakup berbagai penerimaan aturan sosiopolitas atau pun aspek-aspek aturan
yang lain. Tatanan hegemonis menurut Gramsci, tidak perlu masuk ke dalam
institusi (lembaga) ataupu praktek liberal sebab hegemoni pada dasarnya
merupakan suatu totalitarianisme dalam arti ketat.
Bagi Gramsci, asumsi liberal “masa
kini” bahwa orang tanpa mempunyai kesempata sungguh-sungguh untuk mengungkapkan
oposisinya tidak dapat dikatakan perjanjian, tampaknya sangat aneh. Diandaikan
bahwa dalam suatu perjanjian dengan sendirinya ada disposisi mental, ada
titik-titik lemah disamping kekuatannya. Guna menjelaskan ini, Femia menangkap
tiga kategori penyesuaian yang berbeda yang dikemukakan Gramsci, yaitu karena
rasa takut, karena terbiasa dan karena kesadaran dan persetujuan. Tipe yang
terakhir inilah yang kemudian disebut Gramsci sebagai hegemoni.18
Ada tiga tingkatan hegemoni yang
dikemukakan Gramsci, yaitu hegemoni total (integral), hegemoni yang merosot
(decadent) dan hegemoni yang minimum. Ketiga tingkatan hegemoni menurut Gramsci
itu diungkapkan Femia lebih lanjut.19.
________________________
18 Heru Hendarto, 1993, Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci : dalam
Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Gramedia, Jakarta. Hal : 80
19 Heru Hendarto, 1993, Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci : dalam
Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Gramedia, Jakarta. Hal : 82-84
2.3.
Teori Dominasi Sosial
Teori
dominasi sosial, dikemukakan oleh Jim Sidanius dan Felicia Pratto. Pada teori
ini dijelaskan bahwasannya manusia mempunyai kecenderungan khusus untuk membuat
hierarki atau tingkatan dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakat mempunyai
kedudukan yang berbeda dalam hierarki
tersebut. Hierarki tersebut dapat berdasarkan kelompok sosial atau
karakteristik individu. Teori Dominasi Sosial ini menjelaskan bahwa dalam
kelompok sosial selalu terbentuk struktur hierarki atau tingkatan sosial. Hal
ini menunjukkan terdapat sejumlah kelompok sosial yang mempunyai kedudukan
berbeda, yaitu kelompok sosial atau individu yang berada dibagian atas hierarki (dominan) dan juga
kelompok sosial atau individu yang berada dibagian bawah hierarki (subordinat).
Kelompok
sosial atau individu dominan digambarkan
dengan nilai-nilai positif yang mereka miliki atau berdasarkan hal-hal yang
bersifat materi atau simbolik. Kelompok atau individu dominan biasanya memiliki
kekuasaan politik atau otoritas, memiliki sumber daya yang baik dan banyak,
memiliki kekayaan atau status sosial yang tinggi. Hal ini bertolak belakang
dengan kelompok sosial atau individu subordinat adalah kelompok atau individu
yang memiliki status sosial dan kekuasaan rendah
Teori
dominasi sosial mengidentifikasi beberapa mekanisme hierarki telah dikembangkan
dan dipertahankan. Orang dengan dominasi sosial yang tinggi adalah orang yang
percaya bahwa kehidupan terbagi ke dalam struktur yaitu yang di atas dan yang
di bawah. Mereka yang di atas adalah mereka yang menang, memiliki kekuasaan,
atau memiliki seluruh nilai-nilai yang positif. Terbentuknya konstruksi sosial
yang membuat suatu kelompok atau individu menonjol dikarenakan suatu
karakteristik tertentu, contohnya ras, suku, kelas sosial, agama, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan
teori Sidanius dan Pratto, konsep terbesar dari kerangka berpikir orientasi
dominasi sosial terdiri atas tiga asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa manusia
merupakan makhluk yang cenderung disusun berdasarkan kelompok-kelompok
hierarki, dimana paling tidak terdapat satu kelompok atau individu yang berada
di atas dan satu kelompok atau individu lain yang berada di bawahnya. Asumsi
kedua, hierarki atau tingkatan dapat didasarkan pada usia, jenis kelamin, kelas
sosial, ras, kebangsaan, agama, dan karakteristik lainnya yang mungkin dapat
digunakan sebagai pembeda di antara kelompok atau individu yang berbeda. Asumsi
terakhir, masyarakat secara individu harus menyeimbangkan kekuatan yang ada di
dalam dirinya, yaitu diantara satu hierarki kelompok atau individu menuju
kelompok hierarki atau individu lain yang memiliki keseimbangan.
Teori
orientasi dominasi sosial yang dirumuskan oleh Sidanius dan Pratto pada tahun
1991, dirancang untuk menjelaskan sebab akibat dari hierarki sosial serta
penindasan. Secara khusus teori dominasi sosial mencoba untuk menjelaskan
mengapa masyarakat tampaknya didukung oleh suatu hierarki. Teori dominasi
sosial menyebutkan bahwa faktor penting yang mempengaruhi ini adalah perbedaan
individu yang dikatakan sebagai Orientasi Dominansi Sosial (ODS) atau sejauh
mana individu berkeinginan untuk mendominasi dan menjadi unggul.
BAB III
PERKEMBANGAN ISLAM DI AUSTRALIA
3.1. Kehidupan Awal masyarakat Australia
Siapakah
penduduk asli Australia, dari manakah mereka berasal, bagaimana kehidupan
mereka selanjutnya setelah kedatangan orang-orang kulit putih ke Australia?
Pertanyaan-pertanyaan itu tampaknya menarik untuk dikaji.20
Kita
sering mendengar Canberra. Canberra
adalah ibukota Australia ternyata berasal dari bahasa penduduk asli Australia
yang dalam bahasa Inggris berarti “a meeting place”. Oleh Elkin (1956) penduduk
asli Australia ini dimasukan pada ras Australoid. Secara fisik as ini memiliki
cirri: kulit berwarna coklat, rambut ikal bergelombang, muka dan tumbuh
ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat, dahi sempit atau mundur, rongga mata
dalam, alis mata menonjol, rahang menonjol, mulut besar, tulan tengkorak tebal,
tinggi badan rata-rata adalah 5 kaki dan 5/6 inci. Ciri-ciri mereka tampaknya
mirip dengan suku bangsa Toala di Sulawesi, orang Sakai di Malaysia, orang
Veddas di Srilangka, dan suku asli India Selatan.
Masih
menurut Elkin (1956) penduduk asli Australia memasuki Australia dari arah
utara. Diperkirakan pintu masuknya adalah garis pantai utara, mulai dari
Semannjung York di sebelah Timur sampai pantai daerah Kimberley di sebelah
barat. Sementara itu Shaw (1969) menjelaskan bahwa kemungkinan mereka bergerak ke arah Australia karena terdesak
oleh bangsa yang lebih kuat. Dari daratan India dan semenanjung Malaysia mereka
bergerak ke arah selatan dan melalui Indonesia (Laut Timor, Laut Arafuru, dan
Selat Tores) mereka selanjutnya masuk ke Australia.
Kapan
mereka mulai datang ke Australia tidak dapat diketahui secara pasti. Ada yang
menyebutkan seribu atau beberapa ribu tahun yang lalu. Menurut Clark (1986)
berdasarkan tes karbon mereka diperkirakan sudah dari 30.000 tahun yang lalu.
Hal tersebut senada dengan pendapat Bereson dan Rosenbalt (1979). Sementara itu
dalam buku The Official Bicentennial Diary (1988). disebutkan mereka
telah datang sekitar 40.000 atau mungkin 70.000 tahun yang lalu.
_______________________________
20 Bahasan pada sub bab 3.1.-3.3.
diambil dari diktat kuliah Sejarah Australia Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS-Universitas
Pendidikan Indonesia.
Terlepas dari
kapan mereka datang ke Australia, namun yang pasti mereka jauh awal datang
dibandingkan orang-orang kulit putih. Mereka sesungguhnya yang berhak disebut
sebagai penemu dan pemilik benua itu.
Ketika
orang-orang kulit putih mulai datang ke Australia, kehidupan penduduk asli yang
masing food gathering tidak mampu menghadapi mereka yang kehidupannya sudah
lebih maju. Berawal dari kesalahfahaman, penangkapan, sampai pembunuhan,
penduduk asli lama-lama kehidupan mulai terdesak, mereka tidak mampu bertahan,
dan akhirnya musnah.
3.2. Kedatangan Orang-orang Kulit Putih ke Australia
Sampai abad ke-15, orang-orang kulit putih (Eropa) masih berbeda pendapat tentang bentuk bumi. Ada yang setuju dengan pendapat bumi itu berbentuk bulat dan terbagi dua secara seimbang antara belahan bumi utara dan selatan. Pendapat lain berpendapat bumi itu berbentuk rata sebagaimana diungkap oleh ahli agama Katolik. Dari pendapat-pendapat tersebut, ternyata sampai akhir abad ke-16 masih mempengaruhi pandangan orang-orang Eropa. Apabila mengacu pada pendapat pertama bahwa bumi itu bulat, sebenarnya telah diungkap oleh Ptolemy ( ahli matematika dan geografi) pada abad ke-2 masehi. Ia menyebut Terra Australis Incognita (daratan selatan yang belum dikenal) sebagai suatu daratan luas di selatan sebagai penyeimbang daratan yan ada di sebelah utaranya. Sementara itu ahli agama menentang pendapat itu dikarenakan salah satunya tidak ada disebutkan dalam kitab suci (Bible). Perbedaan pendapat itu pun dengan sendirinya mempengaruhi pendapat tentang keberadaan benua Australia. Berikut ini ada empat buah peta yang diterbitkan di Eropa dalam abad ke-16
Peta 1. dibuat oleh Robert Thorne tahun 1527 nampak bagian-bagian
dunia seperti Asia, Eropa, Afrika, dan sebagian Amerika. Benua Australia tampak
masih kosong/tidak terpetakan
Peta 2. dipublikasikan di
Paris tahun 1587, benua Australia masih belum tampak. Tempat yang seharusnya
Australia berada masih digambarkan sebagai lautan terbuka yang kosong tanpa
daratan
Peta 3. diterbitkan di Amsterdam tahun 1594 telah
menggambarkan daratan yang sangat luas dengan nama Terra Australis. Daratan itu
seolah menghubungkan ujung selatan Afrika dan ujung selatan Amerika
Peta 4. dibuat oleh Hondius
tahun 1595 nampak Terra Australis yang terpisah dengan Irian
Jika kita perhatikan, perubahan
politik sesudah tahun 1453 telah mendorong terjadinya perubahan baru dalam
mencari dan menemukan jalan ke sumber barang-barang dagangan yang dibutuhkan oleh
orang-orang Eropa, seperti sutera, rempah-rempah, emas, permata, gula, dan
barang-barang lainnya. Portugis berhasil memetakan garis pelayaran Eropa:
Tanjung Pengharapan – pantai timur Afrika smapai ke Ormuz – India – Malaka –
Maluku. Kalau diperhatikan posisi Australia dalam garis pelayaran Portugis
tidak Nampak, tetapi setidaknya merupakan langkah penting ke arah penemuan
benua Australia. Jika ditarik garis ke selatan dari Maluku akan dijumpai benua
Australia. Orang Ambon sendiri menyebut daratan Australia dengan Osse Tara Lia
. Itu berarti orang Ambon sebelum Portugis datang ke Maluku telah mengadakan
kontak hubungan dengan Australia.
Bangsa Spanyol berhasil memetakan
garis pelayaran dari arah barat ke timur. Mereka juga dari Spanyol – ujung
selatan Amerika – Samudera Pasifik – Filipina – Maluku. Penemuan jalan laut
oleh bangsa Spanyol ini pun penting ke arah penemuan benua Australia. Luis de
Torres seorang perwira yang menjadi wakil ekspedisi de Quiros berhasil berlayar
memasuki perairan di sebelah selatan Irian. Namanya telah diabadikan pada nama
selat yang memisahkan Australia dengan Irian yaitu Selat Torres. De Quiros
sendiri dalam buku pelayarannya mengatakan telah menemukan daratan selatan yang
dicari-cari. Daratan itu hendaklah disebut Austrialia del Espiritu Santo
sebagai penghormatan kepada Raja Spanyol.
Selanjutnya pelayaran yang dilakukan
oleh orang-orang Belanda jauh lebih baik dalam menemukan benua Austalia.
Setelah berhasil sampai ke Indonesia, orang-orang Belanda mulai menyelidiki, memetakan
, dan mempublikasikan hasil temuan pelayarannya. Penemuannya itu berhasil
memetakan garis besar pantai utara dan barat benua Australia yang terletak di
sebelah selatan kepulauan Maluku. Tokoh penting orang Belanda yang berhasil
mengunjungi Australia di antaranya Willem Jansz yang memotong Selatan Torres
hingga sampai ke semenanjung York.
Tempat yang disinggahinya diberi nama Tanjung Keerweer (turn back). Dirk
Hatog secara kebetulan mendarat di Hartog‟s Islands. Frederick de Houtman sampai di pantai barat
Australia di sebelah kota Perth sekarang. Abel Tasman sendiri telah sampai di pantai barat South Island (New Zealand/
Staten Land), Van Diemen‟s Land. Oleh bangsa Belanda, daratan Australia
selanjutnya disebut dengan New Holland. Penemuan-penemuan mereka tidak
ditindaklanjuti dengan pendudukan karena dianggap gersang dan akan dianggap
pemborosan keuangan.
Berikut ini peta pelayaran yang dilakukan orang-orang Belanda dalam penemuan benua Australia.
Peta Eksplorasi Lautan dan Pedalaman
Dalam beberapa dekade kemudian,
datanglah para pemukim bebas yang tertarik ke Australia, tapi penemuan emas di
1850-anlah yang secara permanen mengubah koloni ini. Arus imigran yang besar
dan beberapa penemuan emas yang besar mendorong pertumbuhan ekonomi dan
mengubah struktur sosial di koloni. Kaum Aborigin terusir paksa dari tanah suku
mereka, saat para pendatang merebut tanah untuk pertanian atau pertambangan.
3.3. Pembentukan Koloni-koloni Inggris
di Australia dan Lahirnya Commonwealth of Australia
Keberhasilan
Inggris melakukan eksplorasi, baik coastal exploration (eksplorasi pantai)
maupun inland exploration (eksplorasi pedalaman) telah membuka pintu bagi
pembukaan dan perluasan koloni. Bukan saja perluasan koloni di New South Wales
dalam arti area pemukiman, tetapi juga bagi kemunkinan berdirinya koloni-koloni
lain di sudut-sudut Australia.
Secara
tradisional motif utama yang mendorong Pemerintah Inggris membuka koloni di
Australia adalah untuk memenuhi kebutuhan tempat pembuangan narapidana. Dimana
pada akhir abad ke-17 kemiskinan dan kejahatan merupakan gejala yang selalu
nampak dalam kehidupan masyarakat Inggris, baik di daerah pedesaan maupun di
kota-kota. Banyaknya kejahatan menyebabkan
penuhnya penjara-penjara di Inggris. Untuk menambah kapasitas penjara
pemerintah menampung dalam kapal-kapal yang sudah tidak layak berlayar untuk
dijadikan penjara terapung. Keadaan tersebut membuat pemerintah Inggris
berpikir untuk mencari tempat pembuangan narapidana yang jauh dari negeri Inggris.
Akhirnya diputuskan New South Wales adalah tanah yang cocok sebagai tempat
pembuangan narapidana.
Motif
lainnya pembukaan koloni di Australia, menurut para sejarawan lainnya adalah
sebagai “naval supply and maritime base” hal ini dikaitkan dengan “swing to the
east” dalam rangka peningkatan pelayaran dan perdagangan Inggris dengan Cina
melalui pantai timur Australia sehubungan di sebelah Barat Australia sudah ada
kekuasaan Belanda di Indonesia. Untuk itu pembukaan koloni di New South Wales
adalah untuk menyediakan tempat persinggahan dan pangkalan pemasokan
kapal-kapal Inggris yang melintasi Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Setelah
koloni New South Wales berdiri, selanjutnya koloni ini dipimpin oleh gubernur.
Gubernur pertama adalah Arthur Philip dari angkatan laut yang berusaha
menjadikan koloni itu “selfhelp” mampu berdiri sendiri. Menurut dia jumlah free
setller harus ditingkatkan agar mereka tenaga kerja yang produktif. Berbeda
jika mereka statusnya masih narapidana yang tergolong tenaga kerja tidak
produkif yang akan menghambat selfhelp.
Sesudah
Letnan Gubernur Arthur Philip
(1792-1795) keadaan di koloni sempat dikuasai para Perwira Corps. Mereka
memonopoli perdagangan, terutama perdagangan rum. Setiap ada usaha yang
mengganggu dan merugikan mereka pasti akan ditentang. Begitu juga ketika datang
gubernur pengganti Arthur Philip, mereka tidak patuh pada keputusan gubernur.
Sebaliknya mereka sering berselisih sampai pada tiga gubernur selanjutnya.
Gubernur Hunter dituduh tidak layak jadi gubernur, King dihina, dan puncak
perselisihan terjadi ketika masa pemerintahan gubernur William Bligh yang
dijebloskan ke dalam penjara. Peristiwa itu terkenal dengan nama Rum Rebellion.
Selanjutnya
di bawah pemerintahan Lachlan Macquarie, seorang perwira dari Angkatan Darat
Inggris berhasil melumpuhkan kekuasaan Perwira Corps. Mereka tidak lagi
berkuasa penuh sehingga Macquarie berhasil memacu koloni kearah kemajuan yang
pesat. Pengetahuan tentang garis besar pantai Australia sudah banyak dicapai
dilanjutkan kea rah pedalaman. Great Dividing Range atau the Blue Mountains
dapat ditembus leh Gregory Balxland, Lawson, dan Wenworth. Ekplorasi itu
memngkinkan perluasan koloni dan pembentukan koloni-koloni lainnya di
Australia, yaitu sebagai berikut.
3.3.1.
Tasmania
Koloni Tasmania mulai berkembang dari
pemukiman yang dimulai di daerah Sungai Derwent yang kemudian berpusat di
Hobart dan di Port Dalrymple yang kemudian berpusat di Lounceston. Pada awal
pertumbuhannya kedua pemukiman itu maisng-masing dipimpin oleh seorang letnan
gubernur yang mewakili gubernur New South Wales.
Sejak
tahun 1813 kedua pemukiman itu (Lounceston dan Hobart) dtempatkan di awah
seorang letnan gubernur dan letnan gubernur yang pertama yang berkuasa atas
kedua daerah itu adalah Kolonel Davey. Dengan mendorong kemajuan pertanian
serta menjadikan Hobart sebagai pelabuhan bebas, Davey berusaha menjadikan
Tasmania sebagai koloni yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam
usahanya ini ia berhasil. Saying sekali ia kurang disenangi gubernur New South
Wales karena Davey adalah orang yang kurang disiplin, dan suka minum-minum
keras.
Sebagai
bagian dari New South Wales, Tasmania pernah dijadikan sebaai tempat pembuangan
narapidana yang berkelakuan palin buruk, bahkan di Tasmania sempat dibangun
satu penjara khusus yaitu Macquarie Harbour, di pantai barat pulau itu.
Pada
tahun 1825 Tasmania dipisahkan dari New South Wales. Dalam perkembangan
selanjutnya Tasmania mempunyai kedudukan setara dengan New South Wales, dan
berhak mempunyai legislative council seperti New South Wales. Ketika New South
Wales mulai mempersoalkan tranportasi narapidana, Tasmania pun mengajukan
tuntutan agar system narapidana di sana pun dihapuskan. Tuntutan mereka ini
menjadi kenyataan pada tahun 1852.
Pada
tahun 1855 koloni ini menyelenggarakan pemerintahan sendiri dan secara resmi
sejak itu mengubah namanya dari Van Diemen‟s Land menjadi Tasmania.
Ditemukannya tambang tembaga, perak, dan bahan-bahan mineral lainnya dalam decade 1870-an,
menambah pesatnya kemajuan yang dialami oleh Tasmania. Ekberhasilannya dalam
mengekspor buah-buahan, serta bentuk pulaunya, menyebabkan Tasmania terkenal
sebagai The Apple Isle.
3.3.2.
Australia
Barat
Daerah pantai Australia Barat sudah dienal
oleh pelaut-pelau Belanda sejak decade kedua abad ke-17. Kondisi alamnya yang gersang
tidak merangsang prang-orang Belanda maupun Inggris untuk mendudukinya. Pada
akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19 ekspedisiekspedisi penyelidikan
Prancis mengunjungi daerah pantai Australia Barat tersebut, lalu tersiar kabar
yang tidak jelas bahwa Perancis bermaksud menduduki daerah itu. Khawatir
didahului oelh Perancis, dan merasa terlalu jauh harus mengawasi daerah itu
dari Sydney, emndorong gubernur Darling mengirimkan Mayor Lockyer mendirikan
pos di King George Sond (Alban) pada tahun 1827. Pada tahun yang sama, James
Stirling menyelidiki daerah Swan River, dan sangat tertarik untuk mendudukinya.
Gubernur Darling mengutus Stirling ke Inggris untuk meminta kepada pemerintah
agar segera menduduki daerah Swam River. Pemerintah Inggris menolak. Lalu
Stirling berusaha menghubungi orang-orang pemilik modal untuk beremigrasi ke
Swam River dan membuka usaha di sana.
Terpengaruh oleh Stirling, Thomas Peel
membentuk kongsi untuk membuka kolni di Swam River. Rombongan Peel tiba di Swam
River pad tahun 1829. Mula-mula mereka memndarat di suatu tempat di mana
sekarang berdiri Fremantle, akan tetapi kemudian mereka pindah kea rah utara ke
tempat dimana sekarang berdiri kota Perth. Dari sinilah berkembang koloni
Australia Barat yang sekarang menjadi salah satu Negara bagian dalam
Cmmonwealth of Australia. Berbagai factor menyebabkan sejarah permulaan koloni
Australia Barat diisi oleh cerita-cerita kekecewaan yang lebih dekat kepada
kegagalan. Salah satu sumbernya adalah kekurangan tenaga kerja. Oleh karena itu,
ketika koloni-klni lain sudah menolak transportasi narapidana Australia Barat
justru meminta. Sejak tahun 1980 dilakukan transportasi narapidana ke Australia
Barat yang baru berakhir pada tahun 1868. Dibanding dengan koloni-koloni lain
di Australia, Asutralia Barat adalah koloni terakhir yang melakukan
pemerintahan sendiri sebagai daerah otonom dalam lingkungan kekuasaan Inggris.
3.3.3.
Queensland
Untuk pertama kali Queensland dihuni oleh
masyarakat kulit putih pada tahun 1824. Ditemukannya pemukiman yang baik di
Queensland sebagian besar merupakan jasa para penjelajah (eksplorer). John
Oxley misalnya menyelidiki daerah Moreton Bay, tempat pemukiman pertama di
Queensland. Pada tahun 1827 pemukiman baru di Darling Downs dibuka lagi oleh
Allan Cunningham.
Pada mulanya pemukiman di Queensland
tumbuh dan berkembang sebaai bagian dari New South Wales. Setelah mengalami
kemajuankemajuan, Queensland akhirnya merasa tidak puas lagi berada di bawah
New South Wales. Rakyat di Queensland menginginkan agar Queensland dipisahkan
dari New South Wales. Keinginan mereka ini dikabulkan oleh Pemerintah Inggris
pada tahun 1859.
Kondisi dan kekayaan Queensland sangat membantu
kemajuan di sana. Letak negerinya yang sebagian berada di daerah tropis, memungkinkan
Queensland mengusahakan perkebunan kapas yang pernah sangat menguntungkan
negeri itu dan juga perkebunan tebu. Dalam mengusahakan perkebunan tebu ini
Queensland memerlukan tenaga buruh yang tidak terlalu mahal. Akibatnya
terjadilah apa yang disebut “Kanakas Traffic” yang menimbulkan dilemma bagi
negeri itu. Dengan pertimbangan-pertimbangan keamanan, Queensland meminta
kepada Pemerintah Inggris agar segera menduduki Irian Timur, nemun
permintaannya itu berkali-kali ditolak oleh Pemerintah Inggris. Akhirnya pada
tahun 1883 Quensland bertindak sendiri mendudukinya dan menytakan Irian Timur
sebagai milik Inggris. Pada thaun 1884 Inggris menguatkan tindakan Queensland tersebut.
Untuk selanjutnya sampai tahun 1901 Irian Timur yang menjadi milik Inggris itu
diperintah dari Queensland.
3.3.4.
Victoria
Sebagai bagian dari New South Wales,
Victoria semula disebut Distik Port Philip. Kolonis yang mula-mula dikirim ke
daerah ini adalah rombongan David Collins yang ditugaskan membuka pemukiman di
Sorento. Akan tetapi karena tempat ini kurang cocok untuk ditempati, Collins
beserta rombongan pindah ke Tasmania.
Orang kulit putih yang mula-mula menetap
di daerah ini ialah Henty Bersaudara, yang menempati Teluk Portland pada tahun
1834. Kemudian dalam tahun 1835 Batman dan asosiasinya menduduki daerah Sungai
Yarra, dan pada tahun yang sama kelompok Fawkner juga mendirikan pemukiman di
tempat di mana sekarang berdiri kota Melbourne. Sama dengan Henty bersaudara,
kedua kelompok yang disebutkan terakhir juga berasal dari Tasmania. Mereka
menempati Distrik Victoria tanpa seiijin pemerintah sehingga mereka tergolong
penghuni liar yang dalam sejarah Asutralia disebut squatter. Batman mempunyai
pengalaman yang unik dalam kehadirannya di daerah ini. Pada tahun 1837 gubernur Bourke mengunjungi
daerah ini dan meresmikan nama-nama Kota Williamstwon dan Melbourne. Sampai
tahun 1850 Victoria masih merupakan bagian dari New South Wales. Untuk mewakili
gubernur New South Wales di sana diangkat seorang superintendent (pengawas).
Rasa tidak puas di bawah New South Wales mendorong rakyat di Distrik Port
Philip menuntut pemisahan. Tuntutan itu mula-mula dijawab dalam bentuk hak
distrik dengan memilih 6 dari 24 anggota legislative council di New South
Wales. Jawaban pemerintah ini tidak memuaskan mereka. Pada tahun 1850 Victoria
dipisahkan dari New Saouth Wales, dan sejak tahun 1851 menetapkan dan
melaksanakan pemerintahan sendiri.
3.3.5.
Australia
Selatan
Kalau Australia Barat dapat disebut koloni
suatu kongsi, maka Australia Selatan dapat disebut koloni suatu teori. Hal itu
dikarenakan pembentukkannya didasarkan pada suatu teori yang dikemukakan oleh
Wakefield. Astralia Selatan dibentuk dengan memotong areal seluas 300.000 mil
persegi dari wilayah New South Wales. Romobongan kolonis pertama tiba pada
tahun 1830, emndarat di Pulau Kangaroo, namun akhirnya memilih lokasi untuk
menetap di tempat di mana sekarang berdiri kota Adelaide.
Pada awal berdirinya koloni ini, di sana
berjalan dualisme kekuasaan yang membawa berbagai komplikasi. Namun akhirnya
pemerintah Inggris mengahpuskan dualism tersebut dengan cara memamnggil kedua
pejabat, gubernur dan komisaris residen, lalu mengangkatnya gubernur baru yaitu
Gawler.
Di sekitar tahun 1840 koloni itu hampir
bangkrut, untuk diselamatkan oleh penemuan tambang tembaga di Kapunda pada tahun
1842 dan kemudian tambang yang lebih kaya lagi di Burra-burra. Gebernur Grey,
berusha menjadikan kolni ini mampu berswasembada. Sebagai seorang gubernur yang
berhasil, Grey mendapat pujian dari Perdana Menteri Inggris dalam pidatonya di
depan MAjelis Rendah. Sejak tahun 1853, Australia Selatan mulai berusaha
mempersiapkan pemerintahan sendiri, namun baru berlaku secara efektif tahun 1856.
Bila kita perhatikan setelah tumbuhnya
koloni-koloni di Australia, pada tahun 1850 Pemerintah Inggris mengeluarkan
undang-undang ang disebut dengan Australian Colinies Government Act. Dalam
undang-undang ini, setiap koloni ditawari dengan penyusunan pemerintahan
sendiri. Selanjutnya mulai tahun 1850, berdiirlah lima koloni yan masing-masing
memiliki pemerintahan sendiri, yaitu New South Wales, Victoria, Tasmania,
Australia Selatan, dan Queensland. Koloni terakhir yang mejalankan pemerintahan
sendiri adalah Australai bagian barat.
Perkembangan selanjutnya, Australian
Colonies Government Act (1850) oleh Parlemen Inggris, dari satu sisi dipandang
sebagai historical accident (kecelakaan sejarah). Undang-undang itu menjadi
landasan hukum perpecahan di antara koloni
yang hamper berjalan 50 tahun. Menjelang akhir abad ke -19 seluruh
unsure yang menghendaki persatuan berhasil mengkontruksi landasan yang
menghendaki persatuan Australia. Faktor-faktor pendorongnya antara lain:
munculnya kekuasaan Eropa lain di daerah Pasifik seperti Jerman dan Perancis,
keinginan mereka untuk menjaga agar benua ini hanya diisi oleh orang-orang
kulit putih, hasratnya meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui kerja sama
ekonomi, ketenagakerjaan, adanya perkembangan alat-alat komunikasi, aspek
militer, dan kebanggaan untuk disebut sebagai orang Australia dibandingkan nama
orang Tasmania , Victoria, dan sebagainya. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari
1901, lahirlah Commonwealth of Australia sebagai wadah yang mempersatukan
seluruh koloni Inggris di Australia.
3.4. Sejarah
Masuknya Islam di Australia
Sejarah
masuknya Islam ke Australia dimulai dari interaksi pertama nelayan yang berasal
dari Sulawesi selatan (Indonesia) dengan penduduk asli bagian utara Australia
(Aborigin) pada sekitar tahun 1750. Tidak banyak jumlah muslim yang tinggal di
Australia saat itu, sampai pada sekitar tahun1860 serombongan pengembala onta
berasal dari Afganisthan dating ke Australia menambah jumlah muslim yang
tinggal diaustralia. Pada abad ke 19 Australia mempunyai banyak daerah/tanah
yang kaya akan sumber daya alam yang belum tereksploitasi sebagian tanah dari
tersebut berupa padang pasir dengan temperatur yang sangat tinggi dengan
sedikit sumber mata air. Onta merupakan binatang ideal untuk kondisi tersebut,
maka pada tahun 1840 seorang bernama Horrick memasukkan atau mengimport pertama
kali onta ke Australia, dia ingin membandingan onta dan kuda sebagai hewan
pengankat barang di padang pasir, tetapi isi ini gagal. Kelompok onta datang
selanjutnya pada tahun 1860 sebanyak 24 ekor onta. Dengan mencoba mempergunakan
onta sebagai hewan pengangkut.21
Islam
masuk ke australia pada abad ke 19, Islam dibawa oleh para pengembara dari
afganistan yang setiap melakuakan perjalanan hanya berbekal tikar untuk shalat.
Para pengembara afghanistan akhirnya mampu membangun masjid di Broken Hill dan New
South Wales dari bahan kayu. selanjutnya ke kota perth ibu kota australia barat
dan adelaide ibu kota australia tengah. tahun 1924 pendatang dari albania
sebagai pentani tembakau di australia utara meningkatkan perkembangan islam
disana. Kemudian setelah selesai perang dunia ke II orang orang yugoslavia yang
belajar di australia tengah di pimpin oleh imam ahmad saka lebih menggiatkan
pembangunan masjid masjid adelaide sebagai pusat aktivitas keagamaan. Menurut
catatan statistik tahun 1975 australia berpenduduk 13.130.000 orang yang 1%
(132.000) beragama Islam.22
Premier
Australia Barat, Alan Carpenter MLA pernah mengatakan, bahwa kedatangan Islam
sudah ada sejak 1860 seiring dengan mulai dipekerjakannya para penunggang unta
asal Afghanistan dalam ekspedisi keluarga Burke dan Wills. Alan Carpenter
menyebut masjid paling pertama dibangun di ausltralia justru berada di Perth.
Sejak masjid pertama yang didirikan tahun 1905 untuk menampung jamaah muslim
Afghanistan yang bekerja sebagai penunggang unta dan muslim India yang bekerja
sebagai pengusaha, kini terdapat setidaknya 10 masjid di perth.
_____________________________
21 Awaludi Wafiyah Pimay, 2005, Sejarah Dakwah, Semarang. Hlm. 266
22 AE. Priyono. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Masa Kini. Hlm 278
Muslim
di Australia saat ini berdasarkan sensus dari Australian bureau of statistics
(ABS) pada tahu 2001, jumlah muslim di Australia sebesar 281.578 orang, atau
1,5% dari populasi jumlah penduduk Australia. Sedangakn menurut estimasi dari
salah satu lembaga islam New South Wales (SNW) mencapai 300.000 orang.23
Sensus juga menunjukkan bahwa muslim di
Australia berasal dari berbagai Negara, dengan hanya 20,8% berasal dari Lebanon
dan 14.5% berasal dari Turky, sedangkan 64,7% berasal dari sekitar 9 negara
(Indonesia, Afganisthan, Bosnia Dsb). Sensus tersebut juga menunjukkan bahwa
muslim Australia mempunyai pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan
penduduk Australia secara keseluruhan, 21,7% dari muslim Australia yang berusia
15 tahun mempunyai gelar sarjana (bachelor degree) atau lebih tinggi
dibandingkan dengan 12,4% dari penduduk Australia keseluruhan. Kesimpulan
penting dari hasil statistic ini adalah bahwa anggapan negatif tentang
mayoritas Muslim Australia tidak berpendidikan terutama yang berasal dari
bangsa Arab adalah tidak besar.
3.5. Islamophobia
di Australia
Phobia
dianggap sebagai bentuk khusus ketakutan. Kecemasan dalam phobia dialami
apabila seseorang menghadapi objek atau situasi yang ditakuti atau dalam
antisipasi akan menghadapi kondisi tersebut. Sebagai tanggapannya, orang
menunjukkan tingkah laku penghindaran yang merupakan ciri utama semua phobia
(De Clerq, 1994).24
Sekelompok
ahli hubungan antar ras atau suku bangsa di Inggris mulai membentuk sebuah
komisi khusus dan mempelajari serta menganalisis Islamophobia mulai tahun 1995.
Komisi yang meneliti tentang muslim di Inggris dan Islamophobia melaporkan
bahwa Islam dipersepsikan sebagai sebuah ancaman, baik di dunia maupun secara
khusus di Inggris. Islam disebut sebagai pengganti kekuatan Nazi maupun komunis
yang mengandung gambaran tentang invasi dan infiltrasi. Hal ini mengacu pada
ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan berlanjut pada ketakutan serta rasa
tidak suka kepada sebagian besar orang-orang Islam.
_____________________________
23 Masyhud, Diktat Mata Kuliah Sejarah
Dakwah,Surabaya 2010. Hlm 115
24 De Clerq, (1994). Tingkah Laku
Abnormal: Dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: Grasindo.
Kebencian
dan rasa tidak suka ini berlangsung di beberapa negara barat dan sebagian
budaya di beberapa negara. Dua puluh tahun terakhir ini rasa tidak suka
tersebut makin ditampakkan, lebih ekstrim dan lebih berbahaya (Runnymede Trust,
1997).25
Istilah
Islamophobia muncul karena ada fenomena baru yang membutuhkan penamaan.
Prasangka anti muslim berkembang begitu cepat pada beberapa tahun terakhir ini
sehingga membutuhkan kosa kata baru untuk mengidentifikasikan. Penggunaan
istilah baru yaitu Islamophobia tidak akan menimbulkan konflik namun dipercaya
akan lebih memainkan peranan dalam usaha untuk mengoreksi persepsi dan
membangun hubungan yang lebih baik (Young European Muslims, 2002).26
Islamophobia
tidak dapat dipisahkan dari problema prasangka terhadap orang muslim dan orang
yang dipersepsi sebagai muslim. Prasangka anti muslim didasarkan pada sebuah
klaim bahwa Islam adalah agama “inferior” dan merupakan ancaman terhadap
nilai-nilai yang dominan pada sebuah masyarakat (Abdel-Hady, 2004).27
Islamophobia
memiliki beberapa karakteristik. Untuk memahami karakteristik ini dalam laporan
Runnymede menjelaskan sebuah kunci untuk memahami perbedaan tersebut, yaitu
pandangan yang terbuka dan pandangan yang tertutup terhadap Islam (open and
closed views of Islam). Phobia dan ketakutan terhadap Islam yang terjadi
merupakan karakteristik dari pandangan yang tertutup terhadap Islam (closed
views), sementara ketidaksetujuan yang logis dan kritik serta apresiasi maupun
pernghormatan merupakan pandangan yang terbuka terhadap Islam (open views).
Dari
beberapa deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa Islamophobia adalah bentuk
ketakutan berupa kecemasan yang dialami seseorang maupun kelompok sosial
terhadap Islam dan orang-orang Muslim yang bersumber dari pandangan yang
tertutup tentang Islam serta disertai prasangka bahwa Islam sebagai agama yang
“inferior” tidak pantas untuk berpengaruh terhadap nilai-nilai yang telah ada
di masyarakat. Mengapa orang benci atau takut kepada komunitas Islam? Sebuah
jawaban sederhana yang dapat menjelaskan mengapa orang membenci fihak lain
adalah perasaan kalah dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menang.
_________________________________
25 Runnymede Trust, (1997).
Islamophobia: A Challenge for us all. London: Runnymede Trust, Commission on
British Muslims and Islamopbobia
26 Young European Muslims, (2002).
Islamophobia and The West. Young European Muslims 5 (2002): 10th April 2004,
http://lancashiremosques.com/data/ newsletter/issue5.pdf.
27 Abdel-Hady, Z. (2004).
“Islamophobia…A Threat….A Challenge! Published paper on “International
Conference On Muslim and Islam in 21st Century: Image and Reality”.
Kualalumpur: International Islamic University of Malaysia
Prasangka
sosial akan muncul ketika seseorang berperilaku dan bersikap negatif terhadap
seseorang karena keanggotaannya pada kelompok.
Beberapa
istilah yang terkait dengan prasangka adalah diskriminasi, etnosentrisme,
in-group favouritism, in-group bias, out-group derogration, social distance dan
stereotip. Hal ini dapat dikaji dari beberapa pendekatan yaitu pendekatan
individual, kognitif, antar kelompok, dan sosiokultural.
3.6. Pertumbuhan
dan Perkembangan Islam di Australia Saat Ini
Australia
Penduduknya terbagi dari berbagai etnis yaitu Aborigin sebagai penduduk
pribumi, Kulit putih keturunan Eropa, penduduk keturunan Asia baik dari Asia
Timur, Asia Tenggara, Asia Barat maupun dari Asia Selatan. Islam mempunyai sejarah yang lama dan
beraneka ragam di Australia. Semasa penempatan Eropa awal, setengah kelasi dan
bantuan Muslim telah tiba di Australia tetapi tidak banyak yang diketahui
tentang mereka kerena mereka tidak meninggalkan apa-apa kesana, kecuali
beberapa rujukan di sana sini kepada nama mereka. Saat penempatan Eropa awal,
beberapa pelaut dan tahanan muslim telah tiba di Australia tetapi tidak banyak
yang diketahui tentang mereka karena mereka tidak meninggalkan apa-apa efek,
kecuali beberapa referensi di sana sini ke nama mereka. Tidaklah sehingga abad
ke-19 bahwa suatu kehadiran Islam yang tetap dikenali.
Pada
dekade 1870-an , penyelam-penyelam Melayu Muslim telah diambil sebagai penyelam
mutiara melalui perjanjian dengan Belanda untuk mengerjakan kawasan-kawasan
perburuan mutiara di Australia Barat dan Wilayah Utara . Pada tahun 1875 , ada
1,800 orang penyelam Melayu yang bekerja di Australia Barat. Kebanyakan mereka
kemudian pulang ke negara masing-masing.
Unta
di import ke Australia sejak dari dekad 1860-an untuk membantu penjelajah
Eropah membukakan kawasan pedalaman yang kering. Para juru latih unta juga
berimigrasi ke sini untuk mengendalikan unta-unta yang diperkenalkan untuk
memenuhi permintaan logistik di gurun- gurun Australia yang amat luas.
Kebanyakan juru latih ini adalah Muslim dan walaupun mereka datang dari
berbagai-bagai negara, mereka biasanya dirujuk di Australia sebagai ”Afghan“,
perkataan bahasa Inggris untuk orang Afghanistan. Oleh sebab pengetahuan dan
kemahiran kaum juru latih itu tentang unta, mereka telah diberikan penghargaan
untuk menyelamatkan banyak penjelajah Eropah yang awal, dan adalah amat penting
untuk penjelajahan. Karena pengetahuan dan keterampilan kaum pelatih itu pada
unta mereka telah diberikan penghargaan untuk menyelamatkan banyak penjelajah
Eropa yang awal, dan sangat penting untuk eksplorasi. Disebabkan sumbangan
mereka, landasan kereta api utara-selatan dinamai sebagai The Ghan, singkatan
untuk “The Afghan”. Karena kontribusi mereka, jalan kereta api utara-selatan
dinamai sebagai The Ghan , singkatan untuk “The Afghan”.28
Islam
di Australia merupakan kelompok agama terbesar keempat, setelah Kristen, “Tanpa
Agama“, dan Buddhisme. Menurut sensus 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71%
dari penduduk Australia adalah Muslim. Menjadi komunitas yang ditetapkan
berdasarkan identitas keagamaan, masyarakat Muslim Australia merupakan
masyarakat yang paling beragam secara etnis atau secara ras, dengan anggota
dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Dengan demikian, bagian-bagian
berbeda di dalam komunitas Muslim Australia juga dapat mendukung identitas
tambahan, terbebas dari identitas Muslim mereka, sering berhubungan dengan
teman non-Muslim, di Australia maupun luar negeri.
Meskipun
kemunculannya sebagai agama di Australia sering dianggap sebagai “baru” bagi
warga non-Muslim Australia dan lebih dikenal karena gelombang migrasi dari
Dunia Muslim yang beragam termasuk Timur
Tengah dan Afrika Utara, Asia Tenggara, Balkan di Eropa, Anak benua India, dan
Afrika Sub-Sahara faktanya, Islam memiliki sejarah yang panjang di Australia.
Sejarah ini merentang tidak hanya ke beberapa Muslim yang tiba sebagai bagian dari
kontak pertama Eropa dan masa kolonial, tapi juga ke masa sebelumnya dan
kemunculan awal Kristen sebagai agama non-pribumi yang dominan jumlah
penganutnya.
3.6.1.
Pembangunan Masjid
Pembangunan Masjid
mesjid yang indah Pada abad 20 M perkembangan masjid-masjid di Austrlia cukup
menggembirakan, karena dibuat oleh arsitek Australia sendiri, seperti Brisbone
tahun 1907 didirikan oleh arsitek Sharif Abosi dan Ismeth Abidin.
1.
Tahun
1967 di Quesland didirikan masjid lengkap dengan Islamic Center dibawah pimpinan
Fethi Seit Mecca.
2.
Tahun
1970 di Mareeba diresmikan masjid yang mampu menampung 300 jamaah dengan imam
Haji Abdul Lathif.
3.
Di
kota Sarrey Hill dibangun Masjid Raya Faisal bantuan Saudi Arabia
_____________________________
Di Sidney
dibangun masjid dengan biaya 900.000 dollar AS.29
3.6.2.
Pendidikan
Islam
Di Brisbone didirikan
“Quesland Islamic Society” untuk menyadarkan anak-anak muslim mendirikan shalat
dan meningkatkan silaturahmi. Pelajarnya berasal dari Indonesia, India,
Pakistan, Turki, Afrika, Lebanon dan Australia sendiri. Kemudian di Goulbourn
didirikan “Goulbourn College of Advanced Education” yakni pendidikan guru yang
telah melahirkan sarjana muda, sarjana lengkap master. Tokoh Goulbourn College
antara lain Dr. El-Erian (pelarian dari Mesir ketika Gamal Abdul Nasser
berkuasa).
3.6.3.
Organisasi
Islam
1.
Australian
Federation of Islamic Councils (AFIC) adalah himpunan dewan-dewan Islam
Australia berpusat di Sydney.
2.
Federation
of Islamic Societies adalah Himpunan masyarakat muslim, terdiri atas 35
organisasi masyarakat muslim lokal dan 9 dewan Islam negara-negara bagian.
3.
Moslem
Student Asociation adalah himpunan mahasiswa muslim yang menerbitkan majalah
“Al-Manaar” berbahasa Arab, Australia dan Mimaret (berbahasa Inggris) Moslem
Women’s Center (pusat wanita Islam) yang bertujuan memberikan pelajaran
keislaman dan pelajaran bahasa Inggris bagi kaum muslimin yang baru datang ke
Australia sedang bahasa Inggrisnya kurang lancar.30
3.6.4.
Perkembangan
Keagamaan
Setelah Perang Dunia
kedua (1939-1945) jumlah umat Islam di Australia meningkat dengan cepat.Jumlah
warga muslim antara tahun 1947 -1971 dari 2.704 menjadi 22.331.Hal ini terkadi
akibat ledakan ekonomi sehingga membuka lapangan baru.31
____________________________________
29 Masyhud, Diktat Mata Kuliah Sejarah
Dakwah,Surabaya 2010. Hlm 280
30 Masyhud, Diktat Mata Kuliah Sejarah
Dakwah,Surabaya 2010. Hlm 119
31 Buletin Australian Governement, Departemen of Imigration and
Citizenship,March 2008 hal 2
Banyak muslim dari Eropa
terutama dari Turki, Bosnia dan Kosovo berimigrasi ke Australia, Muslim
Australia sangat majemuk,berdasarkan sensus tahun 2006 berjumlah 340.000 orang
dari jumlah ini yang lahir di Australia sekitar 128.904 orang.Selain itu
terdapat migran muslim dari Libanon, Afganistan, Irak, Pakistan, Bangladesh dan
Indonesia.
Dalam dasawarsa terakhir
muslim imigran melalui program pengungsi atau kemanusiaan dari Afrika seperti
Somalia dan Sudan.Masyarakat Muslim di Australia terpusat di kota Sydney dan
Melbourne,mereka banyak membangun mesjid dan sekolah Islam dan memberikan
sumbangan sehingga merendra multibudaya dan etnik di Australia.
Berdasarkan sensus dari
Australian Bureau of Statistics (ABS) pada tahun 2001, jumlah Muslim di
Australia sebesar 281.578 orang, atau 1,5 % dari populasi jumlah penduduk
Australia. Sedangkan menurut estimasi dari salah satu lembaga Islam di New
South Wales (NSW) mencapai 300.000 orang. Sensus juga menunjukkan bahwa Muslim
di Australia berasal dari berbagai Negara, dengan hanya 20,8 % berasal dari
Lebanon dan 14.5 % berasal dari Turki, sedangkan 64.7 % berasal dari sekitar 9
negara (Indonesia, Afghanistan, Bosnia, dsb). Sensus tersebut juga menunjukkan
bahwa Muslim Australia mempunyai pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan
penduduk Australia secara keseluruhan, 21,7 % dari Muslim Australia yang
berusia di atas 15 tahun mempunyai gelar sarjana (bachelor degree) atau lebih
tinggi, prosentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan 12,4 % dari penduduk
Australia secara keseluruhan.
Kesimpulan penting dari
hasil statistik ini adalah bahwa anggapan negatif tentang mayoritas Muslim
Australia tidak berpendidikan terutama yang berasal dari bangsa Arab adalah
tidak berdasar. Di Benua Australia, Islam menggeliat pelan namun pasti. Saat
ini, Islam masih menjadi kelompok minoritas, mendudukki peringkat keempat
setelah Kristen (64%), atheis (18,7%), dan Buddha (2,1%), tidak termasuk 11,2%
yang tidak mau menjawab apa gerangan keyakinannya—berdasarkan sensus Australia
tahun 2006. Diperkirakan saat ini, umat Muslim di Australia berjumlah sekitar
340.392 orang, atau hanya 1,71% dari total populasi Australia.32
_____________________________
32 Buletin Australian Governement,Departemen of Imigration and
Citizenship, March 2008
3.6.5.
Politik
Islam di Australia
Secara politik kaum
Muslimin Australia belum memiliki saluran politik baik di parlemen maupun di
legislatif,sehingga dalam menyalurkan aspirasinya sangat sulit diwujudkan
sampai sekarang kaum Muslim Australia hanya sebagai pemilih saja (voter).Belum
ada penelitian yang signifikan ke partai mana mereka menyalurkannya,apakah ke
partai nasional,partai buruh atau partai liberal? Isu-isu politik memberikan
tantangan baru. Setelah serangan teroris 11 September dan kemudian bom Bali,
London dan Madrid, pemerintah Australia yang liberal mengadopsi serangkaian
kebijakan luar negeri dan dalam negeri yang secara luas dianggap merugikan dan
bias terhadap umat Islam.Aliansi pemerintah Australia dengan Amerika Serikat
dalam Perang melawan Teror mengambil tentara Australia ke Irak dan
Afghanistan-perang yang dianggap oleh banyak orang sebagai menjadikan umat
Islam target. Kasus Irak secara khusus telah menghasilkan kegelisahan di
kalangan umat Islam Australia.Mereka tidak dapat memahami mengapa Pemerintah
Australia mengabaikan sentimen mayoritas menentang perang, yang dinyatakan di
publik jalan-jalan besar kota Melbourne dan Sydney, dan memilih untuk terlibat
dalam perang dengan dasar hukum yang meragukan. Apakah aliansi dengan Amerika
Serikat lebih penting dari pada menghormati hukum internasional.
Keterlibatan Australia
dalam perang melawan teror merupakan pengalaman pengasingan bagi banyak umat
Islam. Hal ini menjadi lebih nyata dengan adopsi undang-undang anti-teror.
Undang-undang ini telah dikritik oleh organisasi sipil liberal dan kelompok
Muslim sebagai penargetan warga Muslim, daripada dugaan tidak bersalah bagi
mereka.
Kekuatan badan-badan
keamanan untuk menahan tersangka teror tanpa perlu memberikan bukti atau
mengenakan kasus itu kepada proses peradilan, melemahkan tersangka untuk
membela diri. Tersangka teroris menjadi tersangka bersalah sampai dibuktikan
sebaliknya. Membuktikan bahwa mereka bukan teroris adalah hal yang mustahil,
dan banyak mengkhawatirkan bahwa umat Islam diletakkan dalam posisi yang
mustahil tersebut. Pada tahun 2007 ketika seorang dokter tamu dituduh ada
hubungan dengan sel teror di Inggris, kekhawatiran itu terbukti. Dr.
Haneef-nama orang itu-memang akhirnya dibebaskan dari setiap tuduhan, tapi
tidak sebelum ia kehilangan pekerjaan dan diusir dari Australia. Ini adalah
tragedi pribadi yang dirasakan oleh seluruh penduduk Muslim di Australia. Kasus
Haneef adalah kasus yang sangat efektif adalah meniup ke diri umat Muslim rasa
kepercayaan diri dan keyakinan di Australia. Dalam konteks ini, Pemerintah
Australia di bawah kepemimpinan John Howard telah terlibat dalam kampanye populis
untuk mempresentasikan dirinya sebagai pelindung terbaik bagi Australia.
Penekanan pada nilai-nilai Australia dan pengenalan ujian kewarganegaraan, di
tengah laporan-laporan media akan warga Irak dan Afganistan yang mencari suaka
tiba di pantai Australia, membuat tegang hubungan antara Muslim dan non-Muslim.
3.6.6.
Perkembangan
Sosial Budaya
Australia adalah tempat
jumlah umat Islamnya terus bertambah. Menurut sensus terakhir tahun 2006, lebih
dari 340.000 orang mengidentifikasi diri sebagai umat Islam. Ini adalah sekitar
1,7 persen dari total penduduk Australia. Islam secara tradisional yang terkait
dengan migran dan para pendatang baru.Hal ini terutama terjadi di tahun
1970-an, tahun 1980-an dan 1990-an ketika gelombang dari para pengungsi dan
migran yang baru tiba dari beberapa titik di Timur Tengah. Tetapi semakin lama
komposisi umat Islam Australia berubah dari imigran berkembang menjadi penduduk
asli. Kini, hampir 40 persen dari umat Islam Australia menganggap Australia
sebagai tempat mereka lahir. Hal ini berakibat besar pada bagaimana generasi
baru dari umat Islam sendiri menentukan dan mengartikulasi identitas mereka.
Pada tingkat yang paling dangkal, mereka sering menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pilihan komunikasi. Di tingkat lebih dalam, mereka melihat
Australia sebagai rumah tinggal dan tidak lagi punya keinginan untuk kembali ke
tanah leluhur mereka, sebagaimana orang tua mereka lakukan.
Muslim Australia
heterogen secara kesukuan dan bahasa. Yang terbesar adalah kelompok etnis
Libanon, Turki, dan Arab Afghan. Perbedaan suku dan bahasa mempunyai perbedaan
historis yang mempengaruhi inisiatif masyarakat, organisasi dan jamaahnya.
Akibatnya, masing-masing kelompok etnis cenderung condong ke arah perbedaan
masjid atau organisasi etnis yang jelas.Tetapi banyak umat Islam Australia yang
telah mencoba menjembatani etnis yang terbagi. Ironisnya, penggunaan bahasa
Inggris telah menjadi ukuran yang paling efektif untuk menyatukan umat Islam
dari berbagai latar belakang etnis dan linguistik.Integrasi Muslim di Australia
menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan itu bersifat struktural dan
terkait dengan kemampuan Muslim Australia untuk berpartisipasi secara efektif
dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat, sering merupakan hal yang sulit bagi para
pendatang baru yang baru saja tiba. Tantangan lain lebih subyektif dan terkait
dengan hambatan politik dan budaya.
Komposisi sosial-ekonomi
umat Islam di Australia beragam. Ada beberapa umat Islam yang telah berhasil
mencapai posisi kewenangan dalam bisnis, politik dan pendidikan. Tetapi
mayoritas Muslim cenderung masih berada pada posisi rendah.Sensus Australia
terakhir disorot karena adanya kekhawatiran ketidakcocokan dalam hal standar
hidup dan akses terhadap kekayaan antara Muslim dan non-Muslim. Lebih dari 2
persen dari rumah tangga muslim tidak terdaftar pendapatannya; ini adalah dua
kali jumlah non-Muslim dalam kategori tersebut. Dalam hal kepemilikan rumah,
indikator keuangan dan keamanan sebuah yayasan, dari ‘Australian dream,’ Muslim
terdaftar hanya 15 persen. Kepemilikan rumah di antara sisa penduduk ada pada
33 persen.Angka kerja memperkuat ketidakcocokan di atas antara Muslim dan semua
masyarakat Australia. Sedangkan untuk tingkat pengangguran non-Muslim usia
25-45 ada pada 5 persen, tingkat pengangguran yang Muslim adalah 12 persen
untuk kelompok usia yang sama. Angka-angka ini menunjukkan bahwa keamanan
finansial dan kemiskinan merupakan masalah serius bagi umat Islam.Kenyataannya,
angka berkaitan dengan pendapatan rumah tangga menempatkan 40 persen dari rumah
tangga Muslim di bawah garis kemiskinan. Masalah sosial-ekonomi riil ini
menjadi hambatan bagi integrasi positif dan aktif dalam masyarakat Australia.
Angka kerja memperkuat
ketidak cocokan di atas antara Muslim dan semua masyarakat Australia. Sedangkan
untuk tingkat pengangguran non-Muslim usia 25-45 ada pada 5 persen, tingkat
pengangguran yang Muslim adalah 12 persen untuk kelompok usia yang sama.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa keamanan finansial dan kemiskinan merupakan
masalah serius bagi umat Islam.Kenyataannya, angka berkaitan dengan pendapatan
rumah tangga menempatkan 40 persen dari rumah tangga Muslim di bawah garis
kemiskinan. Masalah sosial-ekonomi riil ini menjadi hambatan bagi integrasi
positif dan aktif dalam masyarakat Australia.
3.7. Tantangan Muslim di Australia
Kondisi Muslim Australia Pasca Bom London 7
Juli 2005 Tidak lama setelah terjadi peristiwa meledaknya bom di London 7 Juli
2005, pemerintahan Negara Barat segera melakukan kampanye terus menerus untuk
memberlakukan undang-undang khusus bagi umat Islam yang tinggal di Negara
Barat. Mereka mencoba membentuk opini menyesatkan kepada masyarakat bahwa
undang-undang baru tersebut dimaksudkan untuk melindungi dan memerangi bahaya
serangan terorisme di Negara mereka. Tetapi tidak bisa dielakkan, agenda
tersembunyi dari kampanye tersebut yaitu membidik serta melemahkan Islam dan
Muslim di Negara Barat segera terlihat nyata.
Strategi
dan agenda tersembunyi yang ditunjukkan oleh Pemerintahan Negara Barat
mempunyai banyak kesamaan. Propaganda yang dimulai dengan alasan yang
dicari-cari untuk memerangi terorisme, segera diperluas untuk memerangi apa
yang mereka sebut dengan pendapat/ide radikal dan ekstrim, strategi ini
ditargetkan untuk memecah belah Muslim dengan memberi predikat muslim moderat
dan muslim radikal/ekstrim.
Di
Australia target juga diarahkan ke sekolah-sekolah muslim, dimana pemerintah
akan meninjau kembali kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah tersebut.
Rencana ini segera mendapat reaksi keras dari sekolah-sekolah muslim, karena
kurikulum yang diajarkan saat ini tidak beda jauh dengan apa yang diajarkan di
sekolah-sekolah lainnya, bahkan banyak murid dari sekolah-sekolah muslim
tersebut yang mempunyai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah lainnya.
Pemerintah juga mengusulkan agar di sekolah-sekolah muslim lebih banyak
diajarkan nilai-nilai kemasyarakatan Australia, seperti toleransi, tanggung
jawab dan sebagainya, dimana nilai-nilai tersebut juga ada dalam Islam dan
sudah diajarkan di sekolah-sekolah muslim tersebut, lebih dari itu
sekolah-sekolah muslim dalam kurikulum belajar
tidak pernah mengajarkan tindakan terorisme. Sedangkan di masjid-masjid,
pemerintah mengusulkan agar para Imam masjid diberi pengarahan apa yang
seharusnya boleh mereka ceramahkan.
Tidak
hanya sampai disitu, anggota parlemen dari partai Liberal Bronwyn Bishop
mengusulkan agar melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum, karena jilbab dianggap bertentangan dengan
nilai-nilai kemasyarakatan Australia tentang persamaan dan menyebabkan
perpecahan di sekolah-sekolah. Usulan ini juga mendapat tantangankeras baik
dari muslim maupun non muslim, sebagian besar yang menentang usulan itu
mengatakan bahwa tidak ada bukti pemakaian jilbab di sekolah-sekolah
menyebabkan perpecahan dan persamaan hak. Kerry Cullen salah satu kepala
sekolah menengah umum tingkat atas (SMTA) di Sydney mengatakan bahwa di
sekolahnya hanya ada satu orang yang menggunakan jilbab merah kecoklatan dimana
warna tersebut sesuai dengan seragam sekolahnya, dan itubukan suatu masalah di
lingkungan sekolahnya. Tidak pernah ada laporan negatif dari guru-guru atau
murid-murid yang disebabkan oleh pemakaian jilbab. Kepala sekolah lainnya
mengatakan bahwa kita tidak pernah melihat adanya perpecahan yang disebabkan oleh
pemakaian jilbab, kami melihatnya sebagai sebuah keragaman budaya.
Banyak
permasalahan yang terlihat dalam kehidupan Muslim di Australia diantaranya adalah angka pengangguran
diantara Muslim pendatang lebih tinggi daripada yang lahir di Australia. Upah Muslim
juga lebih rendah daripada upah nasional secara umum. Di dunia secara umum,
identitas kultural dan keagamaan sedang hangat dibicarakan. Setelah peristiwa
11 September, bom bali, kemudian disusul bom London banyak Muslim yang mendapat
perlakuan kurang menyenangkan. Ditambah lagi setelah itu, pemerintah Australia
mengadopsi undang-undang anti-teror. Setelah ketegangan itu meredah baru-baru
ini dunia dikejutkan serangan teroris di Prancis. Hal ini menambah permasalahan
baru bagi Muslim Australia.
Selain itu di Australia terdapat
beberapa gerakan yang menyerang Islam di Australia diantaranya adalah Reclaim
Australia dan UPF (United Patriots Front) melakukan aksi dalam penolakan
syariat Islam, pembangunan masjid, sertifikasi halal dan pendidikan Islam di
sekolah.33
Gencarnya gerakan Anti-Islam yang
dipimpin oleh Geert Wilders menjadi tantangan
baru bagi Islam di Australia. Melalui gerakanya, Wilders menghina Islam,
nabi Muhammad dan Al-Qur’an. Ia telah
membentuk partai anti-Islam pusatnya di Perth. Merupakan masalah yang besar
karena tidak hanya di Australia, di negara-negara lain juga telah terbentuk
gerakan Anti-Islam.34
_________________________________
33 http://www.antaranews.com/berita/507633/demo-anti-islam-digelar-serentak-di-kota-kota-australia
diakses pada 13 Maret 2018 pukul 07.07 WIB
34 http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/15/10/20/nwij9s366-politikus-belanda-geert-wilders-luncurkan-parpol-antiislam-di-pert
diakses pada 13 Maret 2018 pukul 07.21 WIB
3.8. Wacana Gender
Sebagaimana
di belahan dunia muslim lainnya, kaum minoritas muslim di Australia dalam
masalah yang berhubungan dengan bagaimana perlakuan laki-laki dan perempuan,
relatif masih ada persoalan. Persoalan yang muncul berkisar pada masalah dunia
kerja, partisipasi politik, dan pendidikan. Namun demikian, persoalan tersebut
muncul lebih dikarenakan faktor budaya lokal dan bukan berasal dari ajaran
Islam.35
Di
beberapa negara, posisi laki-laki dan perempuan sudah sejajar, akan tetapi di
negara lainnya nasib mereka masih sangat memprihatinkan, semisal di Afganistan
untuk pungutan suara saja kaum perempuan tidak diberikan hak untuk memilih.
Di
negara Australia, ada tiga aliran yang selalu mendebatkan wacana gender, mereka
adalah kaum tradisionalis, kaum liberal, dan kaum neomodernis.36
Kaum tradisionalis adalah sekelompok kecil perempuan, termasuk beberapa yang
berasal dari Eropa, yang sangat vokal menyuarakan bahwa peran perempuan harus
dibatasi dan hanya mengurus anak dan suami. Mereka membatasi pergaulan di
tempat yang memungkinkan laki-laki dan perempuan bisa berbaur dan bercampur.
Mereka mengkritik habishabisan perempuan yang tidak mengenakan jilbab.
Adapun
kaum liberalis adalah kelompok yang menentang pandangan tradisionalis yang
dianggap sebagai hal yang kuno dan tidak relevan lagi dengan perkembangan
zaman. Apa yang mereka inginkan adalah pandangan baru tentang isu perempuan dan
memerangi ketidakseimbangan serta menolak simbol-simbol dominasi patriarchal.
Jilbab bagi mereka hanyalah simbol penindasan dan mereka tidak menginginkan
hal-hal yang artifisial.
______________________________
35 Abdullah Saeed, Islam in Australia
(Sydney: National Library of Australia, 2003), hal. 160. Adapun menurut Dona
Geberke-White, The Face Behind the Veil , terj. Bandung, MQ Press, 2007, hal.
2, perempuan muslimah di Amerika secara garis besar terbagi menjadi lima.
Pertama adalah kelompok tradisionalis. Memakai jilbab bagi mereka adalah
eksistensi mereka. Kedua, kelompok pembaur ( blender ). Bagi kelompok ini,
kerudung (jilbab) bukanlah sebagai identitas, karena menjadi muslimah tidak
harus berjilbab. Ketiga adalah kelompok mualaf, yakni wanita kulit putih yang
tertarik untuk memeluk agama Islam dan senang memakai gaun dan kerudung. Hal ini
menampik pandangan bahwa perempuan muslim identik dengan kaum emigran. Keempat
adalah kelompok tertindas ( presecuted ), yakni emigran perempuan yang masuk ke
Amerika karena mereka mengalami penindasan di negaranya. Nasib mereka sangat
mengenaskan karena mereka bertempat di barakbarak pengungsian yang kumuh.
Kelima adalah kelompok pengubah ( changer ), mereka berkecimpung dalam kegiatan
sosial dan mengadakan advokasi terhadap perempuan yang mengalami penindasan.
Sebagai contoh adalah Zakia Mahasa yang getol dalam wilayah ini, dan akhirnya
terpilih sebagai Kepala Urusan Masalah Keluarga di Pengadilan Keliling
Baltimore City dan juga sebagai ketua Mercy Amerika, sebuah lembaga amal muslim
yang bermarkas di Michigan
36 Abdullah Saeed, Islam in Australia (Sydney: National Library of
Australia, 2003), hal. 166-180
Kaum liberalis
ini tidak melaksanakan shalat di masjid dikarenakan shaf mereka yang harus
berada di belakang laki-laki dianggap sebagai dominasi kaum laki-laki terhadap
perempuan.
Pendapat
yang bersifat konstruktif adalah apa yang disuarakan oleh kaum neomodernis.
Kelompok ini menyatakan bahwa secara historis telah ada kesalahan penafsiran
terhadap peran perempuan. Anggota kelompok ini terdiri atas kaum muda yang
tumbuh di Australia, pemeluk baru, dan perempuan yang punya pemikiran agak
liberal.
Mereka
berpendapat bahwa semua peran publik dapat dipegang oleh perempuan semisal
bidang pandidikan, politik, ekonomi dan pengambilan keputusan dan mereka juga
menolak anggapan bahwa perempuan bersifat komplementatif bagi laki-laki.
Menurut
Abdullah Saeed,37 beberapa isu gender yang mencuat adalah sebagai
berikut.
3.8.1.
Poligami
Isu yang paling menyedot perhatian luas dewasa ini adalah masalah
poligami. Ada beberapa negara yang membolehkan, ada yang melarang keras, ada juga
yang membolehkan dengan beberapa syarat, misalnya harus ada persetujuan dari
istri dan pihak pengadilan. Adapun di Australia, poligami dianggap sebagai hal
yang ilegal.
Namun bagi kaum tradisionalis, poligami tetap diperbolehkan dan
tidak bisa diubah menjadi dilarang hanya karena perubahan sikap dan nilai. Hal
yang menarik adalah sebagian besar penolakan mereka lebih dikarenakan masalah
pribadi daripada berlatar belakang agama.
Bagi kaum modernis, persoalan dibolehkannya poligami pada awal
Islam itu sangt berkaitan dengan kondisi dan atmosfir tertentu. Apabila itu
diterapkan pada abad duapuluh satu, sudah tidak tepat lagi meskipun diterapkan
di negara yang sangat demokratis seperti Australia. Pada saat yang sama, hukum
positif di Australia memang melarang seorang laki-laki berpoligami. Alasannya,
seorang laki-laki tidak mungkin memberikan hak yang sama kepada istri kedua,
ketiga, atau keempat.38
_____________________________
37 Abdullah Saeed, Islam in Australia (Sydney: National Library of
Australia, 2003), hal. 166-180
38 Abdullah Saeed, Islam in Australia (Sydney: National Library of
Australia, 2003), hal. 168
Oleh Karenanya, kaum muslim Australia generasi
kedua dan ketiga sangat menolak adanya poligami, dan yang ada dalam otak mereka
adalah isu monogami.
3.8.2.
Hubungan
Laki-laki Dan Perempuan
Isu kontroversial yang masih sering muncul di kalangan pegiat
gender di Australia adalah pemisahan antara laki-laki dengan perempuan di ranah
publik. Kaum tradisionalis masih menyatakan bahwa hak-hak perempuan harus
dibatasi, dan perempuan harus memakai penutup muka sehingga mereka tidak dapat
dikenali.39
Adapun kaum modernis menyatakan bahwa pemisah itu tidak Islami,
karena sejarah menunjukkan bahwa sejak zaman Rasulullah pun perempuan sudah
berbaur dengan laki-laki. Sebagai contoh Hadijah, istri Nabi yang pertama
adalah seorang pebisnis ulung. Aisyah sebagai panglima perang, dan Shoffa,
perempuan yang diangkat olah Umar sebagai supervisor pasar. Sifat pemalu,
merasa terbelakang, dan hanya bersembunyi di rumah bukanlah menggambarkan sebagai
seorang muslimah yang kuat.
Dari advokasi yang dilakukan oleh kelompok neomodernis, perempuan
di Australia sudah banyak yang berperan di arena publik. Banyak yang berprofesi
sebagai guru yang mengajar siswa, baik yang berasal dari muslim maupun
nonmuslim. Banyak organisasi perempuan yang didirikan, semisal Islamic
Womans’ Welfare Council of Victoria yang bergerak di bidang sosial dan
menangani emigran baru. Ada pula The Muslim Womans’ Network of Australia
yang bergerak di bidang bernegara, memberikan advokasi pendidikan, serta
menangani kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga.
Di dalam bidang pernikahan, kelompok modernis berpendapat bahwa
orangtua tidak mempunyai hak untuk memaksa anak perempuannya menikah dengan
seorang laki-laki yang tidak dicintainya, dia berhak untuk menolaknya. Selain
itu, yang paling menarik adalah masalah perceraian.
____________________________
39 Pandangan yang seperti ini lebih
parah lagi dialami oleh perempuan minoritas di Norwegia, mereka harus melakukan
genital mutilation (Jawa: sepit ) dan kawin paksa. Perempuan meninggal karena
sepit ini sudah banyak terjadi, sebagaimana dilaporkan oleh Centre for Woman
and Gender Research di Universitas Oslo (http://islam ineurope.blogspot.
com/200/7/03/Norway-minority-woman-lastout-at.html, diunduh 15 Maret 2018).
Kaum
neomodernis selalu berusaha untuk membela hak di bidang perceraian dan mereka
berusaha untuk menyesuaikan dengan hukum positif di Australia. Hal ini karena
hukum perceraian Islam klasik yang membatasi perempuan dan lebih didominasi
oleh kaum laki-laki dianggap kurang relevan dengan eksistensi muslimah di
Australia.
3.8.3.
Muslimah
Dan Masjid
Pada kenyataannya, banyak televisi lokal dan juga majalah yang
tidak menampilkan berita tentang perempuan yang melaksanakan shalat di masjid.
Mereka hanya memberitakan kaum laki-laki, hal ini mengesankan bahwa seakan perempuan
tidak boleh melaksanakan shalat berjamah di masjid. Dalam hal ini, baik
kelompok tradisionalis dan neomodernis mempunyai pandangan yang sama bahwa
perempuan boleh saja melaksanakan shalat di masjid.
Namun yang menjadi isu adalah pandangan kelompok liberal yang bahwa
posisi atau shaf perempuan yang harus di belakang laki-laki dianggap sebagai
menomorduakan kaum perempuan. Pandangan ini tidak disepakati oleh kelompok
neomodernis yang mengatakan bahwa salah satu kesempurnaan jama’ah adalah berbaris
rapat dan berdekatan antarbahu satu dengan bahu lainnya. Pemisahan yang
dimaksud adalah untuk meningkatkan daya konsentrasi mereka dan tidak ada niat
untuk menganggap perempuan inferior.
Oleh karena itu, di masjid-masjid Broadmeadows dan Melbourne, perempuan
berada di belakang laki-laki. Namun di Doncaster, sebuah daerah suburban
Melbourne, pemisah laki-laki dan perempuan adalah dengan menggunakan gorden
atau hijab,40 dan di beberapa masjid sudah didesain untuk pemisahan
ini.
3.8.4.
Pendidikan
Perempuan
Pada umumnya, pendidikan kaum perempuan muslim minoritas tidak
bernasib baik, mereka masih dianggap sebagai makhluk yang tidak perlu
pendidikan yang tinggi.
________________________________
40 Abdullah Saeed, Islam, hal. 175.
Pemisahan menggunakan hijab dengan baris yang sejajar (tidak depan belakang)
sudah lazim di masjid-masjid di tanah air.
Namun
hal itu sangat bertolakbelakang dengan apa yang terjadi di Australia,
pendidikan mereka jauh relatif lebih baik dan lebih diperhatikan.
Persentase pendidikan kaum perempuan yang berpendidikan SMU ke atas
justru lebih tinggi dibanding dengan kaum laki-laki. Pendidikan mereka pun
bervariasi, dari jurusan bisnis administrasi, kesehatan, pendidikan, dan sosial
budaya. Bahkan pada bidang-bidang profesi yang biasanya didominasi laki-laki,
perempuan sangat signifikan seperti profesi ilmu alam dan fisika, insinyur,
arsitek bangunan, pertanian, dan sebagainya.
Dari data yang dikumpulkan Abdullah Saeed, terlihat bahwa
persentase yang paling kecil bagi perempuan adalah pada bidang pendidikan, hal
ini disebabkan menurut Saeed karena sensus tersebut tidak memasukkan pendidikan
nonformal atau tradisional. Dengan kata lain, di bidang pendidikan-pun
persentase perempuan bisa lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Fenomena
yang paling menarik adalah bahwa ternyata perempuan sangat mendominasi pada
bidang insinyur dan pertanian, yang selama ini profesi itu identik dengan
pekerjaan laki-laki.
Selain itu, ternyata perempuan-perempuan muslim Australia lebih
betah tinggal di sekolah, hal ini berarti mereka menikmati pendidikan yang
lebih baik dibandingkan dengan laki-laki muslim. Namun sensus yang dilakukan
pada tahun 1996 selebihnya menyatakan bahwa keadaan itu berbalik apabila
dirata-rata terhadap seluruh remaja di Australia, di mana laki-laki lebih lama
mengenyam pendidikan dibandingkan perempuan.
3.8.5.
Gerakan
Gender di Australia
Di samping gambaran keberhasilan pendidikan perempuan yang
menggembirakan di atas, masih banyak isu tentang peran perempuan, apakah mereka
harus berpegang teguh pada Islam tradisional dengan meniru kehidupan Islam Arab
meskipun mereka hidup di negara Australia ataukah harus disesuaikan dengan
sosial budaya yang berlaku selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan
Hadist.
Untuk melakukan advokasi, didirikanlah beberapa organisasi
perempuan bahkan sebagian besar dari organisasi tersebut bersifat multi etnik.
Di antara organisasi tersebut adalah:
a.
Muslim’s
Woman Association (Lakemba,
Sydney) yang bergerak di bidang pengungsian perempuan dan bagaimana manajemen penanganannya.
b.
Islamic
Woman’s welface Council of Victoria (Melbourne)
yang konsern pada layanan khusus dan program-program peningkatan peran
perempuan.
c.
Islamic
Social Service Australia (Melbourne)
yang konsern pada program bantuan untuk anak-anak muslim.
d.
Islamic
Woman’s Association of Queensland Inc. (Brisbane)
yang konsern pada layanan terhadap orang lanjut usia dan membantu perempuan dan
anak-anak yang membutuhkan.
e.
Islamic
woman’s Association Support (Perth) dan Muslim
Woman’s Association of South Australia (Adelaide) yang keduanya bergerak
dalam bidang seminar, lobi pemerintah, anti diskriminasi, pendidikan perempuan
dan anak-anak.
f.
Muslim
Woman’s national Network of Australia Inc. (Sydney).
Organisasi ini yang dianggap paling berpengaruh dan beranggotakan lebih dari
2000 orang serta merupakan representasi dari seluruh negara bagian dan wilayah
di Australia. Organisasi ini mempunyai jaringan dengan organisasi muslim di
seluruh negara. Di antara programnya adalah; (1) meningkatkan dan menaikan
image perempuan baik dikalangan muslim maupun di luar, (2) meningkatkan
kesadaran perempuan terhadap isu-isu yang relevan dan penting, (3) mengadakan
lobi terhadap keadilan dan pemberdayaan perempuan di masyarakat utamanya dalam
pekerjaan, (4) mengkampanyekan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak
dalam berbagai bentuknya, dan (5) menjalin kerjasama dengan organisasi
perempuan lainnya untuk selalu sharingide dan tukar pendapat.
Dengan
lahirnya berbagai organisasi perempuan tersebut, diskusi kelompok di antara perempuan
semakin intensif. Untuk masalah personal, agama, kewanitaan, pernikahan,
masalah jilbab, kenakalan remaja dan konsultasi keluarga dengan disediakannya
fasilitas Cyberspace yang bersifat anonim (rahasia).
Last
but not least, perempuan Australia pada umumnya tidak mengalami diskriminasi di
kalangan muslim minoritas, namun diskriminasi itu terkadang masih dirasakan
datang dari masyarakat pada umumnya, dan ini pun karena sangat dipengaruhi oleh
keadaan kaum muslimin di luar Australia. Sebagai contoh ketika terjadi
pengeboman di Bali dan WTC di Amerika, sikap masyarakat Australia agak menaruh
prejudice kepada perempuan-perempuan yang berjilbab.
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Salah
satu kunci keberhasilan mengapa kaum muslim minoritas di suatu negara dapat
bekerjasama secara optimal dengan kaum mayoritas adalah karena mereka di negeri
orang bukan sebagai bagian asing dari negara tersebut meskipun negara itu
dipimpin oleh seorang yang non-muslim. Oleh karena itu, pemaknaan dar al-Islam
dan dar al-Harb tidak berlaku lagi, meskipun mereka mendapat perlakuan yang
diskriminatif. Metode hijrah internal adalah metode yang paling bagus dengan
sambil membangun social trust bahwa Islam tidak sebagaimana yang dituduhkan
oleh kaum mayoritas. Faktor lain adalah dengan selalu melakukan reinterpretasi
terhadap ajaran-ajaran klasik dan selanjutnya disesuaikan dengan situasi sosial
dan budaya yang ada sehingga hilang akan kesan bahwa Islam adalah agama yang
anti kemajuan, anti demokrasi, statis, dan sangar (adanya hukum potong tangan).
Dan
yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran bahwa kaum minoritas adalah bagai
tamu di negeri orang sehingga apabila ada keinginan harus didialogkan dan
dikomunikasikan dengan tuan rumah sehingga akan tercipta keserasian. Mereka
dapat melaksanakan tugasnya sebagai muslim secara optimal tanpa harus
bertabrakan dengan pemerintah atau bahkan membentuk negara bagian muslim
sendiri. Nasib perempuan di Australia, baik pada bidang pendidikan maupun
profesi ternyata lebih baik apabila dibandingkan dengan laki-laki, bahkan pada
pos-pos tertentu yang selama ini diidentikkan dengan profesi laki-laki seperti
insinyur dan arsitek. Keberhasilan ini tentu saja dipengaruhi oleh dua hal
penting yaitu terbukanya wawasan di kalangan kaum muslim sendiri dan adanya
jaminan pemerintah yang konsisten sebagai negara demokrasi.
Fenomena
Islamophobia dapat disikapi sebagai wujud yang natural dari proses prasangka
dalam sebuah komunitas masyarakat, namun beberapa hal perlu ditindaklanjuti agar
prasangka antar kelompok tersebut tidak makin meruncing dan menimbulkan konflik
sosial yang berkepanjangan serta merugikan bagi suatu komunitas masyarakat.
Pemahaman yang benar dan positif, keterbukaan pandangan serta kejernihan sikap
hidup dan kualitas mental dalam menerima keberadaan kelompok lain akan membantu
masing-masing kelompok dalam komunitas masyarakat di dunia ini untuk
berkompetisi secara sehat dan menunjukkan keunggulan yang lebih bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Perkembangan
umat Islam di Australia ditinjau dari teori gerak sejarah Arnold Toynbee
mengalami fase-fase yang dikembangkan oleh Toynbee terutama dalam konsep Response
and Challange. Hegemoni dan dominasi yang dilakukan terhadap kaum muslimin
mengakibatkan dinamika yang dialami oleh kaum muslimin di Australia berkembang
ke arah kemajuan yang signifikan. Di tengah kemajemukan dan kondisi masyarakat
yang multikultur dan multietnis. Islam tampil menjadi agama yang lebih damai
dan kaum muslimin muncul menjadi komunitas yang inklusif.
4.2.
Saran
Kajian
mengenai Islam di Australia termasuk ke dalam kajian Islam minoritas, tantangan
dalam mengkaji masalah ini adalah terbatasnya sumber-sumber yang mengkaji kaum
muslimin di Australia secara historis. Disamping itu pertentangan dan konflik
antar agama di dunia khususnya Islam, berpengaruh terhadap penulisan sejarah
Australia yang hari ini didominasi oleh bangsa Eropa. Maka dari itu penting
dalam menggali sumber-sumber yang lebih komfrehensif.
Di
dalam penulisan makalah ini kurang dibahas secara luas kondisi politik umat
Islam dalam upaya mengatasi Islamophobi di Australia. Oleh karena itu, sangat
disarankan kepada peneliti berikutnya agar mengkaji upaya-upaya yang dilakukan
politisi muslim Australia dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat Australia
terhadap Islam.
Post a Comment
silahkan berkomentar bijak dan sesuai dengan topik pembahasan